Review Pameran “Cahaya dari Timur”

Posted on Posted in News
Spread the love

EXHIBITION TITLE : Cahaya Dari Rimur

CURATOR : HERI KRIS

ARTIST :  Agung WHS, Agus Wicaksono, Basuki Ratna K, Budi Cahyono, Cahyo Dewanto, Dadang Widjanarko, Dwi Kartika R, Dwi Warno, Edo Adityo, Endah Pribiandari, Hardjito, Heru Kuntoyo, Kris Monika E, M. Ilham S, Muhajir, Nunung Wicaksono, Poetoet Rosso, Rengga AP, Rudi Asmoro, Rulianto, Satrio Lintang, Sugeng Ariyadi, Suharwedy, Sukarno, Surya Anggara, Susetya, Tri Moeljo, Triyono, Tulus Rahadi, Wachid Duhri S, Wasito, Zulfian Ebnu G, Zulfian Hariyadi

EXHIBITION DURATION : 6-30 January 2018

LOCATION : Indigo Art Space – Jl. Mayjend Sungkono No.137, Nambangan Lor, Mangu Harjo, Kota Madiun, Jawa Timur 63121

Review Pameran

Sebagai penanda awal tahun di kota Madiun digelar pameran seni rupa bertajuk “Cahaya dari Timur”, saat banyak kegiatan atau pameran seni yang di adakan di akhir tahun seperti pada akhir 2017 kemarin, di kota-kota besar seperti Surabaya atau Malang semakin mendekati ujung tahun kegiatan kesenian semakin meningkat intensitasnya, tetapi tidak begitu di Madiun meskipun tidak terlalu banyak terjadi penyelengaran kegiatan seni, namun kegiatan yang digelar di awal tahun ini seolah menjadi penyegar di awal tahun untuk medan seni rupa di Madiun. Dalam peta seni rupa Madiun tidak terlalu menonjol karena memang tidak terlalu banyak aktifitas seni rupa yang terjadi di kota ini, informasi yang saya dapatkan dari salah satu seniman yang ikut berpameran dalam pameran “Cahaya dari Timur” adalah pameran yang digelar setahun sekali oleh Pemerintah kota dan kegiatan yang dilaksanakan di Hotel Aston per periodik, selebihnya tidak ada aktivitas lain.

Pameran “Cahaya dari Timur” ini dilakasankan di Galeri Indigo Art Space, Indigo Art Space sendiri adalah ruang pamer yang di inisiasi oleh pihak swasta, ruang ini berdiri mulai awal tahun 2017 dan diresmikan oleh Dr. Djuli Djatiprambudi, M.Sn. Sampai sekarang terhitung ada 4 pameran yang sudah diselengarakan di Indigo Art Space.

Dalam pameran ini diplihnya tajuk “Cahaya dari Timur” bukan tanpa alasan , tajuk ini dipilih sebagai symbol kebangkitan seni rupa di wilayah ex-karisidenan Madiun yang meliputi 5 kota yaitu (Madiun, Ponorogo, Magetan, Ngawi, Pacitan) ujar kurator pamaran ini Heri Kris, pameran ini sebenarnya juga menjadi sebuah upaya pemetaan seniman-seniman yang ada di ex-karisidenan Madiun, selama ini seniman masih secara sporadic mengelar berbagai kegiatan seni, dan pola yang sporadic ini membuat keterbacaan nya sangat sulit. Meskipu demikian pihak penyelengara pameran dan kurator juga menyadari bahwa upaya pemetaan tidak akan tuntas hanya dalam pameran ini, harus ada tidak lanjut dari pameran ini terkait pemetaan yang dilakukan.


Selain menjadi sebuah upaya pemetaan pameran in juga diharap mampu emberi pantikan kepada seniman-seniman yang ada di Madiun. Pembacaan kurator terhadap skena seni rupa di Madiun adalah seniman harus banyak belajar untuk mengejar ketertinggalannya, seperti dalam hal karya seniman Madiun masih banyak berkutat pada karya konvensional, seperti lukisan dengan corak mooi indie, yang mana seharusnya seniman mulai dapat membaca tren kekaryaan saat ini seperti halnya karya kontemporer ujar kurator. Lebih lanjut lagi menyoal tentang pengorganisasian sebuah kegiatan pameran, seniman di Madiun harus terus bayak belajar lagi sehingga penyelenggaran kegiatan seni rupa seperti pameran akan dapat dilaksanakan lebih baik dan lebih baik lagi.

Yang menjadi catatan saya adalah bangaimana kota Madiun mencoba untuk berbenah dengan menyelengaran sebuah pameran dengan melibatkan seorang kurator, saya rasa di kota-kota yang skena seni rupa nya tidak terlalu maju cukup asing untuk bekerja membuat sebuah pameran dengan seorang kurator. Terlebih lagi ada sebuah ruang yang di inisiasi oleh pihak swasta untuk digunakan sebagai muara aktifitas seni rupa di Madiun. Meskipun sebenarnya saya kurang begitu puas dengan pameran ini saya sangat mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh perupa Madiun untuk berbenah dan membuat skena seni rupanya semakin sehat.

Mengapa saya tidak begitu puas adalah karena kerja kurator yang saya lihat hanya sebatas menerjemahkan tema, karya yang dipampang juga tidak ada kesinambungan dengan tema, jadi tema hanya terkesan sebagai tempelan untuk membuat garis tengah sebuah pameran, tapi saya juga menyadari bagaimana kesulitan kurator untuk bekerja dengan seniman. Tema harusnya menjadi benang merah terkait isu atau masalah yang terjadi dan kemudian dapat dimunculkan dalam karya-karya yang dipamerkan, hal itu akan menjadi sebuah daya tarik yang membuat pameran menarik, apabila pameran hanya bersifat perayaan untuk saling bertemu dan berpameran bersama, sebenarnya kegiatan itu tidak akan memiliki kepentingan untuk dilihat dalam kontek yang lebih luas. Selanjutnya adalah masalah pendisplayan karya, ini menjadi sesuatu hal yang vital dan harus diperhatikan matang-matang, dalam pameran ini saya merasa terlalu banyak karya yang dipamerkan sehingga ruang pamer begitu terlihat sesak dan karya kurang dapat dinikmati. Semoga untuk pameran selanjutnya dapat berjalan dengan lebih baik dan lebih baik lagi, sehingga apa yang dilakukan oleh seniman di Madiun membuahkan hasil seperti yang diharapkan (dnm)

——————–ENG————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————-

EXHIBITION REVIEW

As a marker of the beginning of the year in the city of Madiun held an art exhibition titled “Cahaya dari Timur”, when many art events or exhibitions are held at the end of the year as at the end of 2017 yesterday, in big cities such as Surabaya or Malang getting closer to the end of the year the arts increased in intensity, but not so in Madiun although there were not too many artistic hearing events, the activities that were held earlier this year seemed to be the freshener at the beginning of the year for the art field in Madiun. In Madiun art map is not very prominent because it is not too much art activities that occur in this city, the information I get from one of the artists who participated in the exhibition “Light of the East” is an exhibition held once a year by the city government and activities performed at Aston Hotel per periodic, the rest no other activity.


This exhibition of “Light of the East” was performed at Indigo Art Space Gallery, Indigo Art Space itself is a private initiated space, this space was established from early 2017 and inaugurated by Dr. Djuli Djatiprambudi, M.Sn. Until now there are counted 4 exhibits that have been held in Indigo Art Space.

In this exhibition, the title of “Light of the East” is not without reason, this headline is chosen as a symbol of art awakening in the ex-karisidenan Madiun area covering 5 cities (Madiun, Ponorogo, Magetan, Ngawi, Pacitan) said the curator of this pseudo Heri Kris , this exhibition is actually also an effort to mapping artists that exist in ex-karisidenan Madiun, artists have been sporadic in various art activities, and this sporadic pattern makes its readability very difficult. Even though the exhibitors and curators are aware that the mapping efforts will not be completed only in this exhibition, there should be no follow up from this exhibition related to the mapping done.

In addition to being an exhibition mapping effort, it is also expected to be able to welcome the artists in Madiun. The curator’s reading of the fine arts sculpture in Madiun is that artists have much to learn to keep pace with, as in the case of Madiun artists still struggling on conventional works, such as mooi indie paintings, which artists should be able to read current workplace trends as they do contemporary works said the curator. Furthermore, questioning about organizing an exhibition, artists in Madiun must continue to learn again so that the implementation of art activities such as exhibitions will be done better and better.

What I note is how the city of Madiun tries to improve by hearing an exhibition by involving a curator, I think in cities whose artistic sciences are not too advanced enough to work in an exhibition with a curator. Moreover, there is a space that is initiated by private parties to be used as an estuary of art activities in Madiun. Although in fact, I am less satisfied with this exhibition I really appreciate the efforts made by Madiun artists to clean up and make the art scene seems to be getting healthier.


Why I am not so satisfied is because the curator’s work I see is limited to translating the theme, the work that is displayed also does not have continuity with the theme, so the theme just impresses as a patch to make the centerline of an exhibition, but I also realize how difficult the curator to work with artist. The theme should be a common thread of issues or problems that occur and then can be raised in the works on display, it will be an attraction that makes the exhibition interesting, if the exhibition is only a celebration to meet each other and exhibit together, in fact, the activity is not will have the interest to be seen in a broader context. Next up is the issue of the presentation of the work, it becomes something vital and must be considered carefully, in this exhibition I feel too much work on display so that the showroom looks so crowded and less work can be enjoyed. Hopefully for the next exhibition can run better and better again, so what is done by artists in Madiun to fruition as expected (dnm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *