Review Gandeng Renteng #8 – Pitik Kalkun Ireng Meles

Posted on Posted in News
Spread the love

EXHIBITION TITLE : Gandeng Renteng #8 – Pitik Kalkun ireng Meles

KURATOR : Zuhkhriyan Zakaria dan Figo Dimas Saputra

ARTIST :  Kaji Karno, Achmad Rosidi, Adi Djamal Wicaksono, Afifi Musthapa, Afreshaweeny Ika Yudiarti, Achmad Mirza Romadhan, Akbar Mahadi, Akbar Warisqianto, Akhid Khusnan Roziqi, Aldy Surya Dinarta, Anto Sukanto, Anwar Sanusi, Ariel Muhammad Zeian, Askha Bulkhafi, Bagus Karunia Setiawan, Banbang Sapto Priambodo, Bambang Sudarto, Bambang Sunoko, Bolo Kulon, Brian Lazward Aristya A, Candrani Yulis Rohmatulloh, M. Riski Firdaus, M. Nur Ikhsan, Dimas Nurudin Batomi, Dwi Nailatul Mufarokhah, Edy Santoso, Farid Ma’aruf, Farid Sugiharto, Findi Tia Anggraini, Irvan Nur R., Firdaus Alamien, Firdaus Muttaqi, Happy Wahyu Firdaus, Hafidz Ramadhan S., Garis Edelweiss, Gatoto Japet H. Oes, Gussyamsi Achmad, Kharisma Nanda Zenmira,  Lail Lafi Iliyun, Lona Janesti Loppies, M. Medic, M. Khoiron, M. Riski Nugroho, M. Sulton Wahyudi, M. Sutrisno, M. Suyuti, Moch. Mischat, Muhdhor Rifa’i, Musa As’ari, Nur Ali, Otot Kecamba, Praba Agni Rizka Pradiptha, Randy Yulvianto, Rio Ari Firmansyah, Robet & Olga, Saiful Ridjal, Saiful Ulum, Sinwan Aliyafi, Siska Vitriyanti, Street Art Pasuruan, Subagyo, Suryadi, Teguh Purwanto, Tory Basuki, Triano Nanda Setia budi, Wahyu Nugroho, Yudha Prihantanto, Zaenal Arifin,

EXHIBITION DURATION : 11-17 Februari 2018

LOCATION : Gedung Kesenian Darmoyudo Pasuruan

download catalog here

Gandeng renteng adalah perhelatan pameran seni rupa yang rutin di selengaran setahun sekali di Pasuruan, Gandeng renteng sendiri adalah pameran yang digagas oleh Komunitas Guru Seni dan Perupa Pasuruang atau biasa disebut KGSP. Gandeng Renteng tahun ini adalah acara yang ke 8, dalam penyelenggaraan nya memang lebih banyak mengambil tempat di Pasuruan, namun selain di Pasuruan kegiatan ini pernah di selenggarakan di Taman Budaya Jogjakarta.


Selama penyelengaraan Gandeng Renteng yang pertama hingga yang ke-7 dilaksanakan secara kolektif hasil dari iuran peserta, namun di penyelenggaran yang ke-8 ini sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah Pasuruan. Saya rasa ini merupakan langkah yang tepat yang harus di lakukan oleh pemerintah mengingat Gandeng Renteng merupakan kegiatan seni rupa yang berdampak luas terhadap skena seni rupa di Pasuruan. Proses pembibitan terhadap perupa-perupa baru selalu terjadi di Gandeng Renteng, dalam tiap panyelenggaraan nya pameran ini tidak  hanya di dominasi oleh perupa senior tapi perupa muda juga mendapat kesempatan untuk turut berpameran sama besarnya.

Menurut saya banyak munculnya ruang seni di Pasuruan seperti Pawitra Art Space dan Gang Wolu Art Space adalah dampak dari penyelengaraan Gandeng Renteng, Gandeng Renteng ibarat sebuah muara tempat berbagai aktifitas yang sudah dilaksanakan selama setahun da pencapaian para perupa di Pasuruan di rangkum dan di presentasikan kepada masyarakat. Tidak banyak kota-kota lain di jawa timur yang mampu melakukan pola kerja seperti ini, pola kerja yang terukur dan terus-menerus untuk menyehatkan skena seni rupa nya. Sangat pantas apabila kita menyebut Pasuruan sebagai salah satu corong seni rupa Jawa Timur yang selalu memunculkan perupa-perupa muda baru yang berprestasi.

Dalam penyelengaraan Gandeng Renteng yang ke 8 yang menjadi kurator adalah Zuhkhriyan Zakaria dan Figo Dimas Saputra, keduanya adalah pemuda asli pasuruan yang mana Zuhkriyan sekarang menjadi pengajar di Universitas Islam Malang dan Figo Dimas masih terhitung sebagai mahasiswa aktif di Universitas Brawijaya. Penyelengaraan yang ke 8 ini menjadi lebih spesial karena penyelengarannya menggunakan gedung baru pemerintah kota pasuruan yaitu Gedung Kesenian Darmoyudo, gedung yang memang di bangun untuk memfasilitasi berbagai kegiatan kesenian di kota Pasuruan.

Selain pameran seni rupa yang memamerkan karya lukis dan instalasi, ada juga pameran poster yang diselengarakan sebagai rangkain kegiatan. Pameran ini dilaksanakan dengan menggunakan format open call yang mana pendaftar akan diseleksi oleh Tim Kurator Gandeng Renteng. Pameran poster yang diselengarakan adalah pameran poster untuk menggenang Bapak Guru Budi yang meninggal akibat terjadinya kekerasan di Sekolah. Terhitung ada kurang lebih 68 perupa yang terlibat, jumlah ini belum memasukan peserta pameran poster.

Pameran ini ramai dikujungi oleh penikmat seni dari berbagai kota dan pelajar Pasuruan, banyak pelajar yang datang ke pameran ini adalah salah satu upaya Guru seni rupa Pasuruan untuk melakukan pembibitan perupa muda, pelajar di beri tugas untuk mengapresiasi karya seni dan mengapresiasi perupa yang berpameran. Saya rasa pola ini sangat mengedukasi, mungkin banyak pihak yang melihat pola seperti ini kurang begitu baik karena hanya bertujuan untuk meningkatkan jumlah apresiator pameran dengan mewajibkan pelajar harus datang sebagai tugas pelajaran seni budaya. Namun di luar pandangan seperti itu saya rasa pola ini sanagat baik dan tepat untuk dilakukan sebagai bentuk edukasi untuk menyehatkan skena seni rupa di Pasuruan, berbeda seperti daerah lain yang mana masyaraknya sudah punya pemahaman yang baik terhadap seni rupa dan berbagai kegiatan nya, di Pasuruan tidak begitu pemahaman masyarakat harus benar-benar diabngun agar dapat mengapresiasi karya dengan baik, dan cara meningkatkan pemahaman masyarakat yang paling efektif adalah dimulai dari usia anak sekolah.


Kritik yang ingin saya samapaikan terhadap pameran yang harusnya digelar bulan desember tapi di undur hingga februari ini adalah kemasan display karya, secara alur saya rasa cukup baik namun saya rasa sangat kurang di sana-sini masalah kerapian dan kebersihan, mungkin bisa dimaklumi bila mengetahui bahwa gedung yang dijadikan pameran baru saja selesai dan berbagai alasan lain, namun ini memang menjadi hal yang perlu di koreksi dan ditingkatkan. Selanjutnya adalah saya rasa gandeng renteng harus memiliki rangkaian kegiatan tambahan yang dapat menjadi statement penjelas judul Gandeng Renteng itu sendiri, hingga saat ini saya masih belum begitu memhami judulnya ini sebenernya menjadi tema yang ingin di usung atau sekedar tempelan, tapi saya berharap ini bukan hanya sebuah tempelan melainkan sebuah sub tema yang memiliki makna dan di representasikan di dalam pameran ini, dan untuk dapat merepresentasikan sebuah tema saya rasa perlu ada sebuah penambahan kegiatan yang dapat mengejawantahkan temanya, seperti mengundang seniman yang diminta khusu untuk menjelaskan tema atau karya kelompok KGSP yang mengacu pada pemvisualisasian tema, atau opsi lain yang mungkin dapat diambil digunakan sebagai penjelas. (dnm)

———-eng———————————————————————————————————————-

Gandeng Renteng is a regular exhibition of art that is regularly heard once a year in Pasuruan, Gandeng Renteng itself is an exhibition initiated by Community of Art Teacher and Visual Artist Pasuruan or so-called KGSP. Renteng Renteng this year is the 8th event, in the event it is more took place in Pasuruan, but in addition to Pasuruan, this activity was held in Taman Budaya Jogjakarta.

During the first Gandeng Renteng until the 7th held collectively the results of the contribution of participants, but in the 8th circulation has been getting help from the government of Pasuruan. I think this is the right step that should be done by the government because Gandeng Renteng is a visual art activity that has a wide impact on the art scene in Pasuruan. The process of cultivating new artists always happen in Gandeng Renteng, in every activity of this exhibition is not only dominated by senior artists but young artists also get the opportunity to participate in the exhibition.

I think the emergence of art space in Pasuruan such as Pawitra Art Space and Gang Wolu Art Space is the impact of the holding of Gandeng Renteng, Gandeng Renteng is like an estuary where various activities that have been held for a year and the achievement of artists in Pasuruan in summarized and presented to the public . There are not many other cities in East Java that is able to perform this kind of work pattern, a measurable and continuous work pattern to nourish the art scene. It is appropriate if we refer to Pasuruan as one of East Java’s art mouthpieces that always bring new young artists who excel.

In  8th Gandeng Renteng who became the curator is Zuhkhriyan Zakaria and Figo Dimas Saputra, both are the original youth of Pasuruan which Zuhkriyan is now a lecturer at the Islamic University of Malang and Figo Dimas still counted as an active student in Universitas Brawijaya. This 8th anniversary became more special because of its hearing using the new building of Pasuruan city government, Darmoyudo Art Building, a building that was built to facilitate various arts activities in Pasuruan.


In addition to art exhibitions that showcase paintings and installations, there is also a poster exhibition that is held as a series of activities. The exhibition is conducted using an open call format in which the applicant will be selected by the Curator Team of Gandeng Renteng. The poster exhibition that was held was a poster exhibition to stagnate Mr. Guru Budi who died from violence in the School. There are approximately 68 artists involved, this number has not included poster exhibitors.

The exhibition is crowded by art lovers from various cities and students of Pasuruan, many students who come to this exhibition is one of Pasuruan art teacher’s efforts to perform a young artist nursery, students are given the task to appreciate the artwork and appreciate the exhibiting artists. I think this pattern is very educational, maybe many people who see this pattern is not so good because it only aims to increase the amount of appreciation of the exhibition by requiring the students must come as a task of art and culture lessons. But outside of such a view I think this pattern is good and appropriate to be done as a form of education to nourish art scene in Pasuruan, unlike other areas where people already have a good understanding of art and its activities, in Pasuruan not many people’s understanding must really be built in order to appreciate the work well, and how to increase the most effective community understanding is started from the age of school children.


The criticism that I want to share with the exhibition that should be held in December but in the retreat until February is the packaging of the display works, the flow I think is quite good but I think very less here and there the problem of neatness and cleanliness, maybe understandable that the building the exhibits have just been completed and various other reasons, but this is indeed something that needs to be corrected and improved. Furthermore, I think that the joints should have a series of additional activities which can be the explanatory statement of title of Gandeng Renteng itself, until now I still not so understand the title is actually a theme that wants in stretcher or just patch, but I hope this is not just a but a sub theme that has meaning and representation in this exhibition, and to be able to represent a theme I think there needs to be an addition of activities that can embody the theme, such as inviting artists who are asked specifically to explain the theme or work of the KGSP group which refers to visualizing the theme, or other possible options that can be taken is used as an explanation. (dnm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *