Review ‘GURU’

Posted on Posted in News
Spread the love

EXHIBITION TITLE : GURU – kudhu ngGUyu ndelok RUpamu

CURATOR : Pugud Haidi Agusdilla

ARTIST :  Firdaus Muttaqi

EXHIBITION DURATION : 16-20 December 2017

LOCATION : Semeru Art Gallery – Jl. Semeru No.12, Oro-oro Dowo, Klojen, Kota Malang, Jawa Timur 65119

Video wawancara


dokomentasi budidayabaik
Banyak seniman di Jawa Timur yang lahir dari akademi kesenian berbasis pendidikan, seperti Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Negeri Malang, atau kampus swasta seperti Universitas Adibuana Surabaya. kampus-kampus ini menjadi penyumbang terbesar seniman akademisi di Jawa Timur, meskipun tidak secara sepisifik di didik untuk menjadi seorang seniman namun banyak lulusanya dari kampus pendidikan ini yang memilih terjun di jalur seni praktis dari pada menjadi seorang guru.

Meskipun banyak seniman yang bersal dari akedemi berbasis pendidikan namun  pameran seni yang bercorak pendidikan sangat jarang terselengara, yang lebih banyak terselenggara adalah pameran yang menyoal mengenai masalah lain dan seni itu sendiri.

Firdaus Muttaqi adalah salah satu alumnus Universitas Negeri Malang asal Asembagus Kabupaten Sitobondo yang sekarang berdomisili dan bekerja sebagai guru di kota Malang. Pada tanggal 16-20 Desember firdaus menyelengaran sebuah pameran bertemakan pendidikan dengan judul “GURU – kudhu ngGUyu ndelok Rupamu”, ini menjadi pameran yang menyegarkan saya rasa karena beberapa perhelatan seni yang terjadi di malang akhir-akhir ini hanya menyoal tentang seni, teknis, adapun pameran yang tematik namun tema yang disematkan hanya menjadi tempelan dari karya yang ditampilkan.


dokomentasi budidayabaik
Dalam pameran kali ini menarik melihat seniman membuat pameran dengan menyoal tema pendidikan, masalah yang dilontarkan adalah bahwa sebagai seorang guru seni budaya selalu menuntut siswa didiknya untuk berkarya, namun disisi lain guru itu sendiri tidak pernah berkarya, hanya bekerja atas dasar ekonomi tanpa ada hal lebih lanjut yang dilakukan. Dari permasalah inlah seniman mencoba untuk mengorganisir sebuah karya yang diaktivasi melalui kegiatan pameran.

Presentasi karya yang dilakukan oleh seniman juga sangat baik dimana seniman membuat sebuah ruang kelas yang interaktif yang bisa direspon oleh apresitor, seperti bangku yang apabila dikelas tidak boleh dicorat-coret, di kelas dalam ruang pamer ini bangu boleh dicoret-coret. Selanjutnya ada LJK (lembar jawaban yang biasa dibagikan saat ujian) yang diberikan kepada apresiator, untuk kemudian dapat di isi dengan sesuka hati, seniman menceritakan bahwa didalam kelas lembar tersebut menjadi sebuah momok yang menakutkan karena tiap lembar itu dibagikan berarti akan ada ujian, dan ujian adalah proses ukur kemampuan siswa yang harus diulang hinga siswa mampu mencapai nilai yang sudah menjadi standart. Selain itu untuk benar benar memunculkan kelas seniman menambahkan papan tulisa, dan beberapa aksen yang lain. Seniman juga memamerkan beberapa sketsa karyanya dalam ruang kelas, sebagai statemen bahwa dia juga berkarya tidak seperti guru seni rupa yang lain, yang hanya menuntut untuk siswanya selalu berkarya, namun tidak begitu dengan dirinya sendiri (guru tersebut).


dokomentasi budidayabaik
Pameran ini menjadi salah satu pemeran yang menarik, meskipun bukan menyoal masalah yang berat mengenai metode belajar, kurikulum, atau yang lain, tema yang diangkat seniman cukup umum di kalangan guru seni rupa atau seni budaya, dan seniman dapat memunculkan karyanya tidak hanya melalui satu dudut pandang tapi dilakukan dengan mengkontrusi beberapa sudut pandang melalui karya-karya nya. Dengan adanya karya yang bersifat partisipatif memungkinkan untuk terjadi antara karya, seniman, dan apresiator untuk berdiskusi lebih lanjut membicarakan tentang permasalah yang dimunculkan oleh seniman. (dnm)

————————–eng————————————————————————————————

Many artists in East Java are born from art academies based on education, such as Surabaya State University and Malang State University, or the Adibuana University. These campuses became the largest contributor of academic artists in East Java, though not as artistically determined to be an artist but many graduates from this education campus who chose to jump in the practical art path rather than become a teacher.


dokomentasi budidayabaik
Though many artists are coming from educational-based educational but educational arts exhibitions are very seldom illustrated, the more organized is the exhibition of questions about other issues and the art itself.

Firdaus Muttaqi is one of the alumni of Malang States Universitas from Asembagus of Sitobondo Regency who is now domiciled and works as a teacher in Malang city. On December 16-20, paradises heard an educational-themed exhibition titled “GURU (TEACHER) – kudhu ngGUyu ndelok RUpamu (wanna laugh look at your face)”, this became a refreshing exhibition of my taste because some of the art events happening in Malang lately only question about the art, technical, as for thematic exhibits but the embedded theme only becomes the patch of the displayed work.

In this exhibition is interesting to see artists make the exhibition with the theme of education, the problem is that as a teacher of art and culture always requires students to work, but on the other hand, the teacher himself never works, only working on the economic basis without any more further done. From this problem, artists try to organize a work that is activated through exhibition activities.


dokomentasi budidayabaik

The presentation of the work done by the artist is also very good where the artist creates an interactive classroom that can be responded by the appreciator, such as the bench which in class should not be scribbled, in the classroom in this showroom can be doodled. Furthermore, there is LJK (answer sheet normally distributed during the exam) given to the appreciator, then it can be filled with the heart, the artist tells that in the sheet class becomes a frightening specter because each sheet is shared means there will be exam, is the process of measuring the ability of students who must be repeated until students are able to achieve the value that has become standard. In addition to actually bringing the artist class to add a whiteboard and some other accents. The artist also exhibited some sketches of his work in the classroom, as a statement that he also works unlike other art teachers, who only demand his students to always work, but not so with himself (the teacher).

The exhibition is one of the most interesting actors, although it is not a question of the difficulty of learning methods, curriculum, or anything else, the themes raised by artists are quite common among art or art teachers, and artists can raise their work not only through one angle view but done by contrasting some point of view through his works. With the existence of works that are participatory allows occurring between works, artists, and appreciators to discuss further talk about the problems raised by the artist. (dnm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *