Serbuk kayu adalah kolektif yang di terbentuk di tahun 2011, pendiri Serbuk Kayu adalah Dwiki Nugroho, Dwi Janurtanto, Dyan Condro, Indra Prayhogi, RM Mahendra Pradipta, dan Zalfa Robby. Terbentuknya Serbuk Kayu adalah berawal dari aksi performance art yang dilakukan menyikapi kenaikan harga bahan bakar minyak di tahun 2011, bentuk aksi yang dilakukan adalah dengan membuat instalasi mobil kayu kemudian membawanya dengan berjalan kaki dari Unesa kampus Lidah yang dimulai sekitar pukul 20.00 wib menuju Taman Bungkul, di keesokan harinya kegiatan dilanjutkan dengan membawa mobil kayu untuk turut dalam kegiatan Car Free Day. Setelah aksi ini barulah disepakati nama Serbuk Kayu sebagai nama yang akan digunakan dalam tiap kegiatan yang dilakukan.
Pemilihan nama Serbuk Kayu sendiri memiliki arti yang filosofis. Bila serbuk kayu tersebut dipadatkan akan menjadi medium baru yang bermanfaat. Namun bila tidak dipadatkan dan menjadi satupun, serbuk kayu saat tertiup angin akan dapat berterbangan dan menyebabkan iritasi mata. Jadi kami ingin memaknai keloktif ini sebagai sesuatu yang apabila bersatu dapat memberikan manfaat besar, namun apabila sedang berjalan sendiripun kami akan menjadi hal yang menggangu, dan kuat hingga melukai.
Visi dan Misi Serbuk Kayu adalah untuk mendistribusikan seni sebagai pengetahuan, yang mana Serbuk Kayu memaknai seni sebagai sesuatu yang dapat dipelajari bukan hanya urusan bakat, karena itu Serbuk Kayu ingin melakukan praktik seni yang terukur hingga dapat memberikan dampak positif bagi Serbuk Kayu sendiri dan bagi lingkungan sekitar. Serbuk Kayu juga percaya bahwa seni dapat menjadi medium untuk memunculkan masalah yang terjadi di tengah masyarakat, karena banyak hal yang sebenarnya tidak benar namun terus dilakukan oleh masyarakat karena menjadi kebiasaan, kemudian seni dapat memunculkan masalah tersebut dengan sudut pandang berdeda sehingga masyarakat akan sadar kalau masalah itu ada, dan mulai mencoba mencari solusi.
Saat ini Serbuk Kayu terhitung memiliki kurang lebih memiliki 40 anggota, dan anggota yang aktif berjumlah kurang lebih 20 orang.
—————————————————————————————————————————————————————————————————————————
Serbuk Kayu is a collective formed in 2011, founder of Serbuk Kayu is Dwiki Nugroho, Dwi Janurtanto, Dyan Condro, Indra Prayhogi, RM Mahendra Pradipta, and Zalfa Robby. The formation of Serbuk Kayu is started from the action of performance art done to address the fuel price increase in the year 2011, the form of action that is done by making the wood car installation and then take it on foot from Unesa campus Lidah Wetan which started around 20.00 wib to Taman Bungkul, the next day the activities continued by bringing wooden cars to participate in Car Free Day activities. After this action then the founder agreed to use Serbuk Kayu as the name to be used in each activity undertaken.
The selection of the name Serbuk Kayu itself has a philosophical meaning. When the dust is solidified it will become a useful new medium. However, if not compacted and become one, wood powder when blown in the wind will be able to fly and cause eye irritation. So we want to interpret this as something that united together can provide great benefits, but when it is running alone we will be disturbing, and strong to hurt.
Vision and Mission of Serbuk Kayu is to distribute art as knowledge, which Serbuk Kayu signifies art as something that can be learned not only talent, therefore Serbuk Kayu wants to do a measurable art practice so it can give positive impact to Serbuk Kayu itself and for the surrounding environment . Serbuk Kayu also believes that art can be a medium to create problems that occur in society, because many things that are not true but continue to be done by the community because it becomes a habit, then the art can bring the problem with a different perspective so that people will realize that the problem it’s there, and start trying to find a solution.
Currently Counted Serbuk Kayu has approximately 40 members, and active members amount to approximately 20 people.