SPASIO-TEMPORAL

Posted on Posted in Journal, News
Spread the love
Oleh : Dwiki Nugroho Mukti

Saat ini kita mendiami sebuah wilayah dengan batasan yang diberikan nama berbeda antara satu dengan yang lain, pemberian nama tersebut bertujuan untuk menentukan otoritas yang berlaku pada suatu wilayah, sebagai individu tentu kita akan banyak terbentur pada penamaan-penamaan yang sebenarnya bisa saja menjebak dan mejerumuskan pada yang yang bersifat negatif seperti halnya lokalitas, fanatisme atau hal yang lainya. Itu saat kita menyadari diri kita sebagai individu, individu yang dipenuhi banyak keterbatasan dan masalah yang dihadapinya.
Dari sisi lain yang kiranya mengambil sudut pandang yang lebih luas lagi dimana kita akan berdiri sebagai sebuah kesatuan, kita menjadi satu dan utuh dengan apa yang disebut alam. Bentuk energi yang besar yang berputar namun menenangkan. Kita hidup, bergerak, dan bertindak di dalam sebuah kesatuan tatanan yang sangat luas yang sering kali kita tidak mampu untuk menjangkau tiap sudutnya walaupun dijelajahi dengan sangat teliti, kita penyebutnya alam. Alam dalam arti yang luas, setara dengan alam, fisik, atau materi dunia atau alam semesta. ‘Nature’ mengacu  pada fenomena dunia fisik, dan juga untuk kehidupan pada umumnya.
Saat kita menjadi bagian dari alam sendiri maka kita harus memahami kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan hal yang bersifat fisikal tersebut. Semua objek sejarah, budaya dan linguistik itu bersifat spasio-temporal, objek tersebut merupakan bagian alam1 .
Proses perkembangan manusia yang hidup dalam kondisi moderen ini sangat pesat dalam segala hal yang mengarah ke positif atau negatif, seperti halnya sebuah pola berkesenian yang sangat sesak dijejali dengan permasalah dan issu personal untuk dimunculkan dan diangkat, mari untuk sejenak kita berekreasi membuat karya yang diperuntukan untuk alam yang mana kita banyak melupakan bahwa kita dan alam sendiri adalah satu, kita adalah seorang pemain yang melakukan peran kecil untuk alam.
Kita akan mengesampingan fraksi mengenai hubungan lintas disiplin sebagai cara paling sederhana untuk menunjukan hubungan dengan alam ayo mengambil peran untuk sedikit menghibur alam untuk saat ini untuk sekedar menyamakan persepsi mengenai keindahan akan alam sebagaimana hakikatnya. Sebagai cara paling sederhana untuk menunjukan hubungan dengan alam.

 

1 Schlick Morits. Filsafat Alam (Yogyakarta,2001), 4

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *