SADAP | Sandiolo Residency Program – vol.3

Posted on Posted in 2017, News, Video
Spread the love

SADAP | Sandiolo Residency Program

Vol.3

SENIMAN : Bayu Edi Iswoyo

Diary Bayu

01/04/2017

Proses foto sesion, dan pengambilan video untuk publikasi program sadap vol.3

Diskusi dengan kurator terkait pematangan isu yang akan dibawa kedalam bentuk visual, serta menentukan subjek yang akan diteliti, dan membuat jadwal kerja selama sebulan kedepan.

02/04/2017

Persiapan pemilihan subjek yang akan dilukis, dan distribusi peralatan lukis dari rumah seniman ke tempat residensi /Sandiolo.

03/04/2017

Proses wawancara subjek 1, Dwi Januartanto.

Yang dilakukan Dwi Januartanto dilakukan pada malam hari karena ini memang waktu dimana Dwi Januartanto mulai melakukan aktifitasnya, seperti hewan nocturnal (hewan yang memulai aktifitasnya di malam hari). Wawancara dilakukan kurang lebih setengah jam, menggali informasi mengenai motivasi, latar belakang, dan harapan kedepan dari Dwi Januartanto.

04/04/2017

Hari ini adalah hari ke-empat program residensi, sejauh ini seniman telah melakukan penelusuran terkait subjek yang akan dilukisnya, subjek 1 adalah Dwi Januartanto dan subjek kedua adalah Akbar Kusuma Anjasmara, kedua subjek ini dipilih karena memenuhi kriteria yang ditentukan seniman untuk di gunakan sebagai subjek gambarnya, kriteria yang ditentukan seniman adalah orang sekitarnya yang masih aktif bergerak di dunia seni rupa dan memiliki visi ke depan terkait dunia yang ia geluti. Proses wawancara dilakukan di Jeruk, Lakarsantri, Surabaya, disini seniman melakukan penelusuran terkait dengan alasan yang membuat subjek tetap berkarya hingga saat ini, permasalahan apa yang dihadapai, bagaimana pensiasatan terhadap masalah tersebut, dan apa visi kedepan yang di cita-citakan.

05/04/2017

Hari ke-5 seniman melakukan presentasi di Dewan Kesenian Jawa Timur, terkait dengan apa yang sedang ia kerjakan, peninjau kali ini adalah ketua Dewan Kesenian Jawa Timur, Taufik Hidayat.

Dalam presentasinya seniman memaparkan ide penciptaan dengan melakukan proses penelusuran terhadap subjek yang dipilih.

06/04/2017

Proses wawancara subjek 2, Akbar Kusuma Anjasmara

Wawancara dengan Akbar Kusuma Anjasmara dilakukan pada malam hari, wawancara dilakukan sedikit terburu-buru karena memang Akbar yang sekarang tidak berdomisili di Surabaya, ia sekarang berdomisili di Surakarta untuk meneruskan kuliah di Universitas Sebelas Maret, pada hari ini saat dilakukan wawancara Akbar bertepatan singgah di Surabaya dan seniman langsung mengambil kesempatan ini untuk melakukan wawancara.

07/04/2017

Sejauh ini seniman mulai bekerja dengan melukis 2 buah kanvas yang masing-masing menggambarkan subjek dan apa yang ditangkap seniman setelah melakukan wawancara dengan subjek, 2 kanvas yang di kerjakan oleh seniman belum sepenuhnya selesai karena dalam 1 bulan kedepan tentu akan ada penambahan-penambahan yang terjadi tergantung dari negosisasi yang akan dilakukan oleh seniman kepada subjek.

Hari ini seniman mulai merencanakan untuk melakukan wawancara terhadap subjek selanjutnya dan mulai menyentuh kanvas yang ketiga.

08/04/2017

Proses  melukis

09/04/2017

Hari ke-9 seniman mulai beranjak ke subjek selanjutnya subjek ke-3 Hanifi Septamahtione.

Wawancara dimulai dari Hanifi, dalam prosesnya banyak gurauan yang terlontar karena memang hanifi orang yang humoris dan juga periang, ini juga yang ditangkap oleh seniman terkait dengan Hanifi, latar belakang dari apa yang dilakukan adalah bentuk eksistensi yang mana ia ingin menjadi seniman besar yang namanya banyak dikenal meskipun karyanya tidak ada yang laku itu bukan menjadi persoalan.

10/04/2017

Hari ke-10 adalah presentasi ke-2 seniman, peninajau kali ini adalah Ayos Purwoadji, Ayos sendiri adalah kurator yang aktif menginisiasi berbagai kegiatan seni rupa di Surabaya.

Yang menjadi fokus bahasan adalah bagaimana karya bayu yang berupa lukisan protret dapat digarap dan dimaknai dengan maksimal, meskipun potrait menjadi bentuk karya yang biasa atau banyak digunakan namun hal tersebut tidak mengurangi esensi dan kekuatan sebuah karya potrait itu sendiri, namun karya potrait memang seharusnya dibuat dengan adanya subjektivitas dari seniman agar apa yang ia buat menjadi sesuatu yang dapat memberi kesan lebih, bukan hanya proses mengubah gambar ke dalam kanvas. Penekanan ini disampaikan Ayos dalam presentasi yang dilakukan oleh Bayu.

11/04/2017

Proses pencarian frame yang tepat untuk setiap lukisan. Tetapi nihil belum menemukan tempat pigora yang pas.

12/04/2017

Proses wawancara subjek 4, Ebby Dwijaya

Subjek selanjutnya adalah Ebby Dwijaya, situasi sedikit berubah dari mewancarai unyil yang riang gembira, dan lebih banyak bercanda beralih ke Ebby yang sangat melankolis dalam menceritakan kisah hidupnya dalam dunia seni rupa, mulai awal ia memilih kuliah di seni rupa hingga sampai bagaimana ia terus memperjuangkan apa yang dilakukan meskipun tidak mendapat restu sepenuhnya dari orangtuanya, karena menurut penuturan Ebby orangtuanya lebih menghendaki dirinya menjadi seorang Guru yang tentu saja lebih mapan karena punya penghasilan tetap, daripada menjadi seorang seniman yang memiliki penghasilan yang tidak pasti.

13/04/2017

Libur

14/04/2017

Hari ke-14, seniman mulai mewancarai subjek ke-5 yaitu Zalfa Robby

Zalfa Robby merupakan salah satu pendiri Serbuk Kayu, ia berkarya menggunakan berbagai medium, ia juga mengenyam sekolah seni rupa di dua instansi berbeda yaitu Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Surabaya periode 2008-2015, dan STKW (Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta) mulai 2015-hingga saat ini. Pola berkesenian Zalfa ini menarik terkait dengan apa yang dilakukan multi displin mulai dari melukis, melakukan aktifitas street art, karya instalatif, dan bahkan bermusik. Tercatat Zalfa pernah tergabung dalam grup musik Karak Brain yang beraliran punk, Noise Brut beraliran Noise, dan terakhir RHNK yang beraliran rock progressive. Zalfa lebih memilih untuk terjun di dunia seni tanpa ada suatu keterikatan terhadap bentuk karya, maka dari itu ia bisa dengan leluasa untuk membuat karya dalam medium apapun. Skripsi yang dibuat Zalfa dalam rangka menyelesaikan Studi di Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Surabaya adalah ‘Depresi Sebagai Ide Dasar Penciptaan Karya’.

 

 

15/04/2017

Proses wawancara subjek 6, Iendlovebadillust

Iendlovebadillust adalah seniman street art yang berdomisili di Surabaya dan Yogyakarta, selain tergabung di Serbuk Kayu, Iend juga merupakan salah satu anggota dari kelompok street art ARC (Artclinic) yang bermarkas di Manukan, Surabaya sejak tahun 2006. Dalam berkarya Iend menciptakan Karakter ilustratif yang diberi nama Guarian Sulfur, karakter ini menjadi ciri khas Iend.

16/04/2017

Proses wawancara subjek 7, Indra Prayoghi ‘Impoe’

Impoe mulai menekuni seni rupa saat ia mulai berkuliah di Universitas Negeri Surabaya, namum sebelum itu Impoe memang sudang memiliki ketertarikan di bidang seni rupa, salah satu yang membuat Impoe tertarik dunia seni rupa adalah saat sepupunya berkuliah di jurusan seni rupa di Universitas Negeri Malang, Impoe sering berkunjung dan di kesempatan ini pula Impoe banyak tahu dan mengenal seni rupa atau lebih spesifiknya pada bidang performance art.

17/04/2017

Libur

18/04/2017

Proses  melukis

19/04/2017

Proses wawancara subjek 8, Arief Mulyadi

Terjun di dunia seni rupa adalah metode untuk menjadi kaya menurut Arief Mulyadi pada saat awal masuk ke dunia seni rupa, meskipun tidak begitu yakin dengan kemampuannya Arief mendapat suntikan semangat oleh pelukis sktech wajah di depan Tunjungan Plasa, orang tersebut menunjukan gambar yang pada saat itu Arief lihat menjadi sesuatu hal yang biasa dan tergolong jelek terjual dengan nilai yang fantastis, ini terjadi pada tahun 2009.

20/04/2017

Proses wawancara subjek 9, Dyan Condro

Condro adalah salah satu founder dari serbuk kayu, Condro sendiri merupakan teman seangkatan Bayu semasa kuliah. Kenapa Condro memilih studi seni rupa karena ia terinspirasi oleh gurunya semasa sekolah. Seni adalah keinginan, itu yang dikatakan oleh Condro, ia ingin seni bukan menjadi beban tapi menjadi sebuah tujuan untuk melangkah.

21/04/2017

Libur

22/04/2017

Bayu mulai mencocokkan Frame yang sudah ia beli dengan lukisan yang telah jadi.

23/04/2017

Proses  melukis

24/04/2017

Proses  melukis

25/04/2017

Proses wawancara subjek 10, Dwiki Nugroho M

26/04/2017

Libur

27/04/2017

Di hari ke-27 bayu telah rampung menyelesaikan 7 buah karya

28/04/2017

Proses  melukis

29/04/2017

Proses  melukis

30/04/2017

Hari terakhir bayu menyelesaikan 3 karya yang masih belum selesai, dan mengumpulkan komponen-komponen untuk pameran karyanya.

Mengundang subjek terpilih untuk merespon karya yang telah bayu buat.

 

 

Curhatan Subjek :

 

 

 

JUDUL KARYA                         :           MAWAR

UKURAN                     :           50X60 CM

MEDIA                         :           AKRILIK, PENSIL WARNA, CRAYON DIATAS KANVAS

CURHATAN SUBJEK    :

Dwi Janurtanto

Proses yang dilakukan Januar berasal dari masalah psikis, hingga pemikiran strategi solusi untuk menyelesaikan masalah saat ini terkait isu-isu seni kontemporer yang berkembang. Dalam menyelesaikan masalahnya tentu saja Januar memilih untuk menyelesaikannya dalam koridor seni, ia melakukan banyak eksperimen terhadap isu sosial dan bentuk lainnya seperti yang sedang berkembang namun saat ia melakukan proses tersebut ia merasakan kegelisahan, yaitu kegelisahan yang bersifat personal bukan komunal.

Januar bercerita masalah persoalan personalnya yaitu mengenai rasa cinta yang dapat membuatnya untuk tetap berkarya dalam kondisi 100%, karena ia memang tidak mempunyai rencana lebih lanjut perihal perencanaan untuk membuat sebuah pameran atau bentuk aktifitas seni yang lain secara spesifik. Untuk harapan ke depan Januar ingin fokus mendapatkan cinta yang mempunyai masa hidup yang lebih panjang seperti cinta terhadap istri dan anak, karena ini akan menjadi motivasi untuk dirinya dalam berkarya.

 

JUDUL KARYA                         :           MATAHARI

UKURAN                     :           50X60 CM

MEDIA                         :           AKRILIK, PENSIL WARNA, CRAYON DIATAS KANVAS

CURHATAN SUBJEK    :

Akbar Kusuma Anjasmara

Sekarang ini Akbar berfokus pada masalah pendidikan dan pola kerjanya di dunia street art, Akbar lahir dan besar di Tuban, ia juga memulai karirnya di kota kelahirannya tersebut, di awali pada tahun 2006 saat ia dengan teman-teman SMP nya membuat kelompok street art bernaman MCA (Me Can Awesome).

Seni rupa dipandang oleh Akbar sebagai titik yang tidak akan pernah selesai, karena seni terus berkembang mulai dari pemaknaan, pola kerja dan semacamnya. Awal berkarya Akbar banyak mengeksplor bentuk, namun dewasa ini Akbar cenderung membuat karya dengan menghadirkan karya visual melalui bentuk-bentuk yang ia lihat sehari-hari, ia merasakan adanya sebuah tantangan dalam 2 tahun terakhir ini, ia memiliki misi baru, yaitu berkutat dengan pendidikan yang masih berelasi terhadap seni rupa, awalnya memang di membuat karya dengan tujuan yang sangat personal untuk kepuasan dirinya sendiri, namun makin kesini ia merasa dalam membuat sebuah karya perlu adanya value yang terkandung didalamnya, dan tentu saja untuk dapat memahami value tersebut perlu adanya sebuah upaya terkait bentuk edukasi. Ia berpendapat selain diperlukan adanya seniman handal juga harus ada apresiator handal yang cukup mampu untuk memahami value karya.

Rencana kedepan Akbar sedang merencanakan untuk membuat pameran sketsa, selain pameran sketsa harapannya kedepan adalah untuk memiliki sekolah seni dimana ia menjadi kepala sekolahnya dan bekerja sama dengan orang-orang yang berkompeten untuk menghasilkan orang yang berkompeten pula sebagai seniman maupun apresiator.

 

JUDUL KARYA                         :           TULIP

UKURAN                     :           50X60 CM

MEDIA                         :           AKRILIK, PENSIL WARNA, CRAYON DIATAS KANVAS

CURHATAN SUBJEK    :

Hanifi Septamahtione

Hanifi adalah seniman yang lahir di Jombang, ia menyebut karya yang ia buat adalah visual character contemporer. Ia banyak terinfluence oleh seniornya di kampus hingga pada awal berkesenian ia memilih untuk bergerak di dunia street art.

Hanifi membuat karyanya dengan ide penciptaan terkait dengan kesenangan di masa muda, seperti saat muda-mudi melihat konser, nongkrong, dan sebagainya. Karakter yang dibuat oleh Hanifi dinamakan ‘Roftell’, ia membuat karakter dalam bentuk monster karena ia rasa gambar monster menjadi gambar yang sangat tepat untuk di gambarkan di jalanan dan akan menjadi sesuatu yang sangat menarik.

Alasan ia membuat karya adalah sebagai bentuk eksistensi sebagai seorang seniman, jadi ia tidak membuat karya dengan alasan untuk dijual atau sebagainya, Hanifi malah sangat pesimis untuk karyanya dapat terjual, ia lebih memilih untuk melakukan pekerjaan lain untuk menghidupi proses berkesenian. Statement Hanifi dalam prosesnya adalah ‘Masa muda tanpa nama bagaikan kerupuk bawang kelungguhan’.

 

JUDUL KARYA                         :           KAMBOJA

UKURAN                     :           50X60 CM

MEDIA                         :           AKRILIK, PENSIL WARNA, CRAYON DIATAS KANVAS

CURHATAN SUBJEK    :

Zalfa Robby R

Zalfa Robby merupakan salah satu pendiri Serbuk Kayu, ia berkarya menggunakan berbagai medium, ia juga mengenyam sekolah seni rupa di dua instansi berbeda yaitu Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Surabaya periode 2008-2015, dan STKW (Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta) mulai 2015-hingga saat ini. Pola berkesenian Zalfa ini menarik terkait dengan apa yang dilakukan multi displin mulai dari melukis, melakukan aktifitas street art, karya instalatif, dan bahkan bermusik. Tercatat Zalfa pernah tergabung dalam grup musik Karak Brain yang beraliran punk, Noise Brut beraliran Noise, dan terakhir RHNK yang beraliran rock progressive. Zalfa lebih memilih untuk terjun di dunia seni tanpa ada suatu keterikatan terhadap bentuk karya, maka dari itu ia bisa dengan leluasa untuk membuat karya dalam medium apapun. Skripsi yang dibuat Zalfa dalam rangka menyelesaikan Studi di Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Surabaya adalah ‘Depresi Sebagai Ide Dasar Penciptaan Karya’.

Seni menurut Zalfa adalah hidup itu sendiri, dengan seni ia menjadi bergairah menjalani hidup, disitu ia menjalani proses berpikir dan berkarya yang mana hal tersebut menjadi sebuah refleksi untuk melangkah kedepannya. Yang diperjuangkan Zalfa dalam melakukan proses keseniannya adalah berusaha untuk jadi lebih baik, ini dirasa hal yang paling sederhana untuk menjabarkan seni yang dilakukan Zalfa.

Target Zalfa dalam 10 tahun kedepan adalah agar ia dapat berproses dan menghasilkan karya, dan berkeluarga.

 

JUDUL KARYA                         :           MELATI

UKURAN                     :           50X60 CM

MEDIA                         :           AKRILIK, PENSIL WARNA, CRAYON DIATAS KANVAS

CURHATAN SUBJEK    :

Ebby Dwijaya

Ebby adalah subjek yang sangat melankolis dalam menceritakan kisah hidupnya dalam dunia seni rupa, mulai awal ia memilih kuliah di seni rupa hingga sampai bagaimana ia terus memperjuangkan apa yang dilakukan meskipun tidak mendapat restu sepenuhnya dari orangtua nya, karena menurut penuturan Ebby orangtuanya lebih menghendaki dirinya menjadi seorang Guru yang tentu saja lebih mapan karena punya penghasilan tetap, dari pada menjadi seorang seniman yang berpenghasilan tidak pasti.

Awalnya Ebby lebih tertarik kepada bentuk seni yang lebih aplikatif seperti desain, dan bentuk lain yang kiranya lebih realistis untuk ia hidup kedepanya. Namun ia merasakan ada sesuatu yang harus ia lakukan sehingga akhirnya ia memilih di jalur seni rupa murni.

Sekarang Ebby banyak berkarya dengan mengeksplor menggunakan medium yang belum pernah ia buat, karena ia mengharapkan akan adanya letupan dari pengekplorasian yang ia lakukan. Contohnya sekarang ia mulai beranjak dari karya yang notabene dilukis dan digores menjadi karya yang dibuat dengan baut dan benda-benda lain.

 

JUDUL KARYA                         :           ANGGREK

UKURAN                     :           50X60 CM

MEDIA                         :           AKRILIK, PENSIL WARNA, CRAYON DIATAS KANVAS

CURHATAN SUBJEK    :

Iendlovebadillust

Iendlovebadillust adalah seniman street art dan seorang desainer grafis yang berdomisili di Surabaya dan Yogyakarta, selain tergabung di Serbuk Kayu Iend juga merupakan salah satu anggota dari kelompok street art ARC (Artclinic) yang bermarkas di Manukan, Surabaya sejak tahun 2006. Dalam berkarya Iend menciptakan Karakter ilustratif yang diberi nama Guardian Sulfur, karakter ini menjadi ciri khas Iend. Awalnya ia hanya ikut-ikutan temannya yang banyak bergerak di street art, sebelum memiliki karakter yang sekarang Iend juga banyak berekplorasi pada font seperti pelaku graffiti pada umumnya.

Menurut Iend seni adalah hal yang berat dan pendek, namun tentu saja hidup tetap menjadi hal yang lebih berat karena memiliki masalah yang lebih kompleks dari seni itu sendiri. Pesan yang dibawa Iend di setiap karya yang dibuat adalah seputar alam baka (alam setelah mati). Gol yang ingin dicapai oleh Iend untuk menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, karena hal ini merupakan kewajiban setiap anak, jadi ia ingin dengan karya-karyanya ia mampu mebahagiakan orangtuanya.

 

JUDUL KARYA                         :           DAHLIA

UKURAN                     :           50X60 CM

MEDIA                         :           AKRILIK, PENSIL WARNA, CRAYON DIATAS KANVAS

CURHATAN SUBJEK    :

Indra Prayhogi ‘Impoe’

Untuk dapat mengkomunikasikan pikirannya yang abstrak Impoe memilih menggunakan bahasa visual yang abstrak pula, karena Impoe merasa ia kurang bisa menerjemahkan apa yang ada di pikirannya menggunakan bahasa verbal, ini juga yang menjadi alasan mengapa Impoe mendalami Performance Art.

Impoe mulai menekuni seni rupa saat ia mulai berkuliah di Universitas Negeri Surabaya, namun sebelum itu Impoe memang sudang memiliki ketertarikan di bidang seni rupa, salah satu yang membuat Impoe tertarik di dunia seni rupa adalah saat sepupunya berkuliah di jurusan seni rupa di Universitas Negeri Malang, Impoe sering berkunjung dan di kesempatan ini pula Impoe banyak tahu dan mengenal seni rupa atau lebih spesifiknya performance art. Setelah Impoe mulai berkuliah ia mulai mendalami seni rupa dengan lebih lanjut, Impoe menyimpulkan bahwa dunia seni rupa bukan sekedar membuat gambar yang bagus, namun sesuatu yang lebih kompleks lagi. Dalam praktek performance art-nya Impoe memaknai sebagai proses untuk berkomunikasi melalui caranya, karya-karya yang dihasilkan merupakan kontemplasi dari apa yang ia lihat dan rasakan saat ini dengan apa yang sudah ada dipikirannya, hingga ada sebuah persilangan, dan persilangan tersebut menjadi hal yang dipresentasikan ulang melalui performance art-nya.

Impoe sebenarnya menanggapi kenapa ia masih kuat dan berjuang di dunia seni rupa sebagai sesuatu yang sederhana, ia berkelakar bahwa hidup di dunia seni rupa adalah upaya untuk bahagia dan bersenang-senang.

 

JUDUL KARYA                         :           BAKUNG

UKURAN                     :           50X60 CM

MEDIA                         :           AKRILIK, PENSIL WARNA, CRAYON DIATAS KANVAS

CURHATAN SUBJEK    :

Arief Mulyadi

Terjun di dunia seni rupa adalah metode untuk menjadi kaya menurut Arief Mulyadi pada saat awal masuk ke dunia seni rupa, meskipun tidak begitu yakin dengan kemampuannya Arief mendapat suntikan semangat oleh pelukis sktech wajah di depan Tunjungan Plasa, orang tersebut menunjukkan gambar yang pada saat itu Arief lihat menjadi sesuatu hal yang biasa dan tergolong jelek terjual dengan nilai yang fantastis, ini terjadi pada tahun 2009.

Menurut Arief seni adalah sesuatu yang membingungkan, karena kekomplekan yang terjadi didalamnya. Terkait karya, karya Arief lebih banyak bertemakan keluarga, isu ini dinilai sebagai hal yang benar-benar jujur ia rasakan, merasakan apapun yang terjadi di dalam kebahagiaan, kadang juga ada hal yang tidak menyenangkan, namun inilah keluarga, orang-orang yang selalu memberi motivasi kepada Arief. Dalam waktu dekat Arief akan merencanakan pameran tunggal dengan tema keluarga. Sketch menjadi hal yang krusial dalam pembuatan karya Arief.

Meskipun tujuan dari kenapa Arief masuk ke dunia seni rupa berubah tidak lagi  untuk menjadi kaya, berubah menjadi sesuatu yang samar dan bisa sangat tidak terduga karena kaya yang dicari oleh Arief secara tidak langsung sudah didapat selama ia berproses, kaya hati, kaya ilmu dan bentuk kaya yang lain, bukan hanya perihal material.

 

JUDUL KARYA                         :           LILY

UKURAN                     :           50X60 CM

MEDIA                         :           AKRILIK, PENSIL WARNA, CRAYON DIATAS KANVAS

CURHATAN SUBJEK    :

Dyan Condro

Condro adalah salah satu founder dari Serbuk Kayu, Condro sendiri merupakan teman seangkatan Bayu semasa kuliah. Kenapa Condro memilih studi seni rupa karena ia terinspirasi oleh gurunya semasa sekolah, ia melihat bahwa guru seni budaya adalah guru yang paling santai, berbeda dengan guru pelajaran lainnya, maka pada saat itu Condro memutuskan untuk berkuliah di Universitas Negeri Surabaya untuk menggambil studi Pendidikan Seni rupa. Namun saat menjalani proses perkuliahan dan bertemu banyak seniman, kritikus, kurator, dan pelaku seni lainnya, apa yang menjadi cita-cita Condro bergeser, yang mana awalnya ia ingin menjadi guru yang santai karena mengajar seni budaya, kini bergeser ingin menjadi seniman, tetapi setelah bertemu dengan seniornya Condro mengubah arah tujuannya lagi untuk menjadi seorang art management, meskipun itu bukan pekerjaan yang santai, namun Condro merasa hal tersebut sangat menantang.

Seni adalah keinginan, itu yang dikatakan oleh Condro, ia ingin seni bukan menjadi beban tapi menjadi sebuah tujuan untuk melangkah. Dalam kekaryaan Condro banyak mengeksplor media, ia merasa ini merupakan hal menarik yang tidak dilakukan oleh seniman lain, karena seniman lain lebih fokus untuk mengejar teknik. Harapan kedepan Condro ingin tetap berfokus menjadi seorang art management dan hidup sebagai seniman, sembari berwirausaha.

Kata yang selalu memotivasi Condro adalah upaya berkesenianmu itu tergantung pada berkesenian teman-temanmu, jadi semakin berpengaruh teman-temanmu didunia seni maka secara tidak langsung kamu juga akan larut dan tertular energi postif dari hal tersebut.

 

JUDUL KARYA            :           TEROMPET

UKURAN                     :           50X60 CM

MEDIA                         :           AKRILIK, PENSIL WARNA, CRAYON DIATAS KANVAS

CURHATAN SUBJEK    :

Dwiki Nugroho M.

Dwiki merupakan anggota serbuk kayu yang berfokus sebagai kurator seni rupa, bergerak di seni rupa sejak 2010 saat dia memulai study seni rupanya di Universitas Negeri Surabaya. Seni menurut Dwiki adalah sebuah metode yang dapat digunakan untuk apapun, untuk menyampaikan sesuatuu, memantik permasalan, hingga mungkin menyelesaikanya. Seni bukan menjadi hal yang tidak harus dikultuskan karenanya, karena dia hanyalah sebuah metode, tidak perlu di agung-agungkan menurutnya, karya akan lebih berwibawa saat karya itu mempunyai dampak yang luas kepada masyarakat, bahkan perdaban.

Dalam proses yang dilakukan Dwiki lebih banyak membuat karya berupa projek atau sekedar tulisan yang membahasa tentang masalah yang terjadi di seputar seni rupa dan pengunaan nya secara tepat sasaran, tema-tema urban, dan keadaan sosial di sekitarnya.

Dwiki memiliki cita-cita besar untuk membawa ke seni rupaan Surabaya ke tingkat yang selanjutnya, karena menurut Dwiki pola kerja seni rupa yang terjadi di Surabaya dewasa ini sangat tertinggal, karena pola yang banyak dilakukan oleh seniman adalah karya sebagai infestasi material yang mana bila tidak mendapatkan bentuk apresiasi yang cukup hal tersebut tentu akan sangat mengecewakan, dan seniman di Surabaya lebih banyak yang melakukan pola kerja berjudi dalam karya yang dibuat hanya dipampang di ruang pamer dan berharap karyanya laku, seharusnya seniman bisa lebih peka lagi dengan melakukan pemetaan, pendistribusian yang baik sehingg karyanya akan dapat diapresiasi dengan baik. Yang menjadi penekanan lainya adalah bentuk karya yang monoton, karya yang dipamerkan menjadi hasil akhir yang hanya dipamerkan, padahal jika seniman bisa membaca kondisi yang terjadi di sekitarnya dengan lebih peka, bentuk interaksi antara apresiator dan karya tersebut harus benar-benar dikonstruksi dengan baik, agar karya yang dihasilkan juga dapat diapresiasi dengan baik.

One thought on “SADAP | Sandiolo Residency Program – vol.3

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *