LABPAS
Kelas performa 1
-Respon Ruang-
Di Lidah Wetan dekat Kampus Universitas Negeri Surabaya Lidah Wetan di area pintu masuk menuju perumahan citraland terdapat patung balerina, patung tersebut sudah ada disitu kurang lebih 15 tahun, namun minggu lalu kiranya patung tersebut kurang berungtung, patung tersebut diturunkan karena mendapat protes terkait dengan isu pornografi, karena pose yang ditampilkan tidak senonoh atau semacamnya.
Namun ini bukan menjadi soal, masyarakat selalu memiliki benar salah yang tidak bisa disalahkan. Daripada memprotes atau merespon masalah tersebut LABPAS melihat peristiwa ini sebagai kelahiran ruang baru untuk melakukan berbagai kegiatan seni dan salah satunya adalah performance art. Performance menjadi sebuah medium berekpresi yang sangat bebas, mengunakan tubuh dan bentuk ekperimentasi lain untuk mengkontruksi karya yang dapat berkomunikasi kepada apresiatornya, secara langsung ataupun tidak langsung. Dalam kelas performa pertama ini yang dilakukan adalah dengan merespon ruang. Kenapa performance art tepat untuk dilakukan disitu, karena tempat yang dulunya ditempati patung kini menjadi stage yang strategis karena berada ditengah-tengah jalan raya, dan memiliki penerangan yang sangat baik, sehingga akan sangat menarik untuk dimanfaatkan sebagai ruang untuk berbagai kegiatan seni.
Ruang baru ini bisa menjadi sebuah tempat alternatif yang dimanfaatkan untuk mensiasasi minimnya ruang berkesenian di Surabaya, mungkin lebih spesifik di Surabaya Barat sampai saat ini tidak ada ruang yang benar-benar dapat digunakan sebagai tempat berekpresi maupun apresiasi. Yang paling memungkinkan adalah Gedung-gedung pertunjukan di Universitas Negeri Surabaya, namun tentu pengunaanya sangat terbatas pada kegiatan perkuliahan saja, tidak serta merta dapat digunakan secara bebas untuk kegiatan seni yang tidak berkaitan dengan kegiatan akademis kampus. Galeri seni rupa juga hampir tidak ada. Mungkin yang tersisa tinggal Galeri Orasis di daerah Surabaya Barat atau lebih tepanya di derah Jl. HR. Muhammad, namun sekarang juga sudah sangat jarang digunakan untuk kegiatan seni. Tinggal beberapa ruang yang di inisiasi oleh kelompok kolektif seperti ruang /SANDIOLO, Studio 5, RSSK, dan beberapa lagi yang lain. Yang perlu digaris bawahi adalah peran pemerintah sebagai pihak yang mempunyai kepentingan terhadap seni dan budaya tidak melakukan apapun terkait dengan kurangnya sarana yang tersedia. Dengan adanya ruang baru yang muncul di lokasi yang strategis, dan memiliki tata cahaya yang baik saya rasa ini akan menjadi solusi alternatif untuk mensiasasti minimnya ruang.
Performance art 1
Seniman : Fathurrohman (Teddy)
Judul : Kekuatan Dari dalam
Durasi : 10 menit
Diskripsi Karya : konflik yang terjadi karena pesatnya kemajuan dan pengunaan sosial, masalah yang muncul bisa dalam latar belakang apapun seperti agama, politik, sosial, atau bahkan hal yang remeh temeh. Tapi penyelesaian terhadap masalah yang terjadi disosial media selalu di selesaikan di dunia nyata dengan mengedepankan kekuatan fisik, pertikaian dalam medium-medium digital menjadi wacana nisbih yang harus di selesaiakan secara fisik, dan tentu saja saat masalah yang di selesaiakan menggunakan fisik menang kalah adalah takaran kekuatan, siapa yang lebih kuat akan menang.
Performance art 2
Seniman : Ryzald Towenk & Erfano Fardika
Judul : Bajul Balerina
Durasi : 10 menit
Diskripsi Karya : menangapi isu yang terjadi di ruang yang direspon, yaitu masalah pencopotan patung balerian karena diangap patung tersebut mengambarkan pose yang tidak senonoh. Menampilkan ulang patung tersebut dalam bentuk performance dengan penambahan objek visual simbol pengekangan, dan topeng boyo sebagai identitas surabaya.