MENYAMBUT GERAKAN RUANG APRESIASI SENI MEDIA BARU TAHUNAN DI SURABAYA by Sito Fossy Biosa
VISUAREKAN berasal dari dua singkatan; VISUAL AREKAN yang berarti visual yang dieksplorasi oleh orang atau seniman Jawa Timur dengan budaya AREKAN (Surabaya dan sekitarnya), singkatan kedua adalah VISUAL REKAN, seperti yang diidamkan bahwa event ini berawal dari diskusi pertemanan sebagai upaya memaknai simbol keterhubungan, relasi kekeluargaan, dan kekuatan bersama. VISUAREKAN merupakan pameran tahunan seni media baru berskala Internasional yang diiniasiasi oleh Sito Fossy Biosa (seniman asal Jawa Timur), secara konsisten seniman partisipan VISUAREKAN minim berasal dari dua negara dan didukung oleh beberapa organisasi multidisiplin seni dari dalam maupun luar negeri: Network of Arts dari Swiss, Royal Society of Arts dari London, dan Koalisi Seni Indonesia. Pameran ini disertai workshop, sosialisasi tentang penciptaan karya, dan juga kajian New Media Art hari ini. Dua tahun berturut-turut VISUAREKAN hadir sekaligus merayakan World Day for Audiovisual Heritage (27 Oktober), tahun ini VISUAREKAN KETIGA dengan tema PETA LOGIKA juga merayakan National Absurdity Day karena pembukaannya (pameran utama) berlangsung dari tanggal 20 November 2021.
Terima kasih apresiasi luar bisa dari para seniman yang terpilih menjadi bagian penting VISUAREKAN KETIGA. Pameran ini mengapa penting bagi saya karena saya sedang melakukan eksperimentasi mencari kemungkinan-kemungkinan (bentuk) karya seni khususnya seni media baru yang unik dan absurd sesuai hari ini saat kita merayakan National Absurdity Day. Referensi dari karya-karya yang masuk dan terpilih adalah aset VISUAREKAN KETIGA untuk memahami tema PETA LOGIKA dari setiap persepsi-perspektif personal seniman. Memetakan sekaligus menelusuri bagaimana pikiran absurd yang berakhir menjadi karya seni adalah capaian penting untuk menuju eksistensi seni media baru di masa depan. Karya-karya yang terpajang (offline) dan online juga merupakan uji coba sekaligus tawaran kepada spektator untuk membiasakan menikmati transisi realita nyata (non layar) menuju budaya layar. Hari ini medium dan media sulit dibedakan, hari ini masa dimana peranti menjadi ruang apresiasi.
Terima kasih apresiasi dari jejeran institusi pendidikan, organisasi seni, dan kelompok seniman (LOSTE Production, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Program Doktoral, Ilmu Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung, Jatim Biennale IX, Serbuk Kayu, Kecoak Timur, GOETHE Institut, Indonesian Visual Art Archieve, Politeknik Bina Madani Bekasi, Network of Arts Switzerland, Koalisi Seni Indonesia, Royal Society of Arts London, dan semuanya) yang sudah mengapresiasi dan mendukung PETA LOGIKA dari buah pikir saya untuk menyambut gerakan ruang apresiasi seni media baru di Surabaya, selamat datang di VISUAREKAN KETIGA, 20 November 2021. OKLASASADU. SELAMAT DATANG MASYARAKAT SENI MASA DEPAN di galeri yang spesial ini, n0lkecil Creative Space!
__________________________
PLATFORM, VISUAREKAN 3rd by Dwiki Nugroho Mukti [ Director of JATIM BIENNALE IX & VISUAREKAN Curator ]
This year is the third year of organizing VISUAREKAN, this activity has embryos appeared on campus but to this day has developed further into a platform for media art exhibitions. In the 3 years of implementation, the visualization has a constantly changing format, this is done as a form of visual adaptation to the situation that occurs. The first VISUAREKAN was held offline in 2019, then continued in 2020 with an online strategy as a tactic for the pandemic, and in 2021 it was carried out in a hybrid (online and offline). The adaptive form carried out by the VISUAREKAN makes the boundaries of their activities even more blurred, and there are more possibilities that can be explored by the organizers and artists involved.
The emergence of VISUAREKAN as a media art exhibition platform in Surabaya, has become an important point for the development of media art in Surabaya. In the last decade, the practice of art in Surabaya has become very diverse, this is due to the large amount of information and experiments carried out by artists as a form of response to the city. Surabaya, which has a branding as an industrial city, is fertile ground for the development of experimental art practices.
This year, VISUAREKAN collaborated with the East Java Biennale 9 to further encourage the practice of media art in Surabaya, by presenting many works of media art from national and international artists. This push can be read as a very positive follow-up effort. With so many artistic practices emerging in Surabaya, there will be more mediums to explore the potentials and problems that exist in the city. Aesthetic achievement is indeed a very important thing, but the discourse that is built regarding urban discourse must also be considered. Hopefully, in the future, VISUAREKAN can be an accelerator to achieve this.
__________________________
DEFINISI DAN LOGIKA PETA LOGIKA By Kusen Dony Hermansyah [VISUAREKAN ADVISOR]
Menurut definisinya peta adalah gambaran yang menunjukkan letak tanah, laut, sungai, gunung, dan lain sebagainya. Peta juga menjadi representasi melalui gambar suatu daerah yang menyatakan sifat, seperti batas daerah, sifat permukiman, dan denah. Salah satu fungsi peta adalah memberi informasi letak atau arah untuk menuju suatu tempat tertentu.
Sedangkan logika mungkin bisa memiliki definisi yang beragam, tapi yang jelas sangat berhubungan dengan sistematika pemikiran untuk mencapai sesuatu yang valid atau dianggap benar.
Peta logika ibarat seperti representasi melalui gambaran abstrak pada cara untuk memperoleh kebenaran atau validitas sesuatu. Uniknya, sesuatu yang abstrak ini kemudian dirayakan dalam suatu festival. Pemahaman saya tentang festival adalah perayaan yang terbungkus suka cita. Jadi bisa dibayangkan bahwa festival ini mengajak saya untuk merayakan pemetaan terhadap logika.
Logika siapa? Bisa siapapun dan dalam wujud apa pun. Apakah kebenaran menjadi mutlak? Kebenaran bisa jadi tidak menjadi kemutlakan selama kita bisa merasakan sukacita dan kebahagiaan dalam perhelatan ini dengan menikmati beragam karya yang digelar VISUAREKAN KETIGA. Bersukacita dalam berkarya, menikmati tontonan, berdiskusi, beropini dan sebagainya.
Tabik
_____________________________
VISUAREKAN KETIGA - “PETA LOGIKA” by Andika Wahyu Adi Putra [VISUAREKAN WRITER]
New Media Art di era disrupsi hari ini, banyak orang yang beralih dari media konvensional menuju media digital dan internet yang memungkinkan terjadinya percampuran medium yang secara tidak sadar mulai menghapuskan batasan antara yang baik dan buruk, pop dan alternatif, ataupun fisik dan non-fisik. Kesadaran atas hilangnya batas ini tentu dipengaruhi oleh bagaimana masyarakat “mengalami” teknologi itu sendiri sementara banyak seniman atau ekosistem kesenian di daerah-daerah non-perkotaan yang belum memiliki kesadaran atas perubahan ini. Disisi lain Internet menawarkan percampuran itu di ruang hampa melalui ruang-ruang private yang bebas melalui platform digital, aplikasi, social media, dan medium visual . Sehingga setiap orang hari ini memiliki hak untuk menjadi seorang seniman dan memiliki hak untuk menjadi seorang kurator. Hanya saja keterbukaan informasi ini juga pada akhirnya menghasilkan disrupsi atas hak-hak seniman, salah satunya adalah membuka lahan untuk menduplikasi, membajak, dan mengedarkan ulang karya dalam bentuk yang sama ataupun berubah. Yang kemudian menghasilkan bentuk bahasa baru yang menjadi identitas sebuah generasi seperti contohnya, meme yang dipandang sebagai bahasa yang hanya dimengerti oleh generasi Z walau didalamnya terjadi perdebatan antara hak cipta karya visual, dan pembelokan fungsi. Disinilah eksperimentasi kemudian lahir secara organik untuk membentuk identitas berdasarkan logika sebuah generasi.
Melihat situasi itu lantas siapa seniman? siapa kurator? Dan apa tugas mereka dalam perubahan zaman. Bila semua orang bisa menjadi kedua aspek tersebut lantas itu artinya ekosistem kesenian memasuki babak baru dengan logika medium yang berbeda dari generasi sebelumnya, hal tersebut mencakup:
- hak untuk membuat (Creating)
- hak mendistribusikan (Exhibition)
- hak kepemilikan (Intelectual Rights)
Disitulah kemudian VISUAREKAN KETIGA dihadirkan tahun ini dalam tajuk “PETA LOGIKA”, yang tidak hanya merespon bentuk demografi seniman generasi baru ataupun arah bentuk sebuah karya hari ini, namun tahun ini kami juga ingin bersama-sama membaca bagaimana karya generasi baru dapat bergerak dan terelaborasi dengan masyarakat melalui platform digital yang ada dalam kehidupan masyarakat sehari-hari yang saling terhubung satu sama lain. Selain juga sebagai forum dan wadah para seniman muda untuk merekonstruksi pandangannya terhadap zaman dan melihat apa yang seharusnya dapat dilakukan oleh seniman dalam memosisikan dirinya pada ranah eksibisi baru; distribusi, bentuk, dan hak-hak mereka di era industry 4.0 saat ini dengan membaca arah media baru kedepannya. Yang tidak hanya dalam bentuk, namun bagaimana kemudian ia bisa mengelaborasikan diri dengan era keterbukaan informasi yang memiliki bentuk logika nya sendiri dibanding era sebelumnya.
Melihat fenomena dan gairah New Media Art yang tumbuh secara acak melalui media digital hari ini, kami mencoba untuk memetakan hal tersebut, tidak dalam skala lokal, maupun Nasional, namun secara Internasional. Sebagai tolak ukur pasti tentang bagaimana generasi baru senimaan Indonesia harus memulai konsepsi indentitas-nya dalam ranah New Media Art di era industry 4.0, disinilah VISUAREKAN diharapkan mampu memulai tonggak untuk terbentuknya konsep identitas seni yang mencampurkan antara teknologi, tradisi, serta kebebasan dalam ber”ideologi” di Indonesia. Di tahun ketiga ini, VISUAREKAN mengangkat tema yang bertajuk “PETA LOGIKA” dimana berfokus untuk melihat bagaimana manusia di era modern dapat memahami cara kerja zaman, menelusuri pikiran para seniman merealisasikan gagasan ke dalam bentuk karya seni mereka melalui berbagai medium digital sekaligus merumuskan apa yang harus dilakukan untuk menyikapi dan mengkritisi perkembangan masyarakat dalam percepatan teknologi dan informasi yang sering kali mendisrupsi logika tatanan masyarakat klasik dan tradisional yang masih menjadi pondasi berdirinya norma dan aturan masyarakat kita hari ini. Untuk merumuskan ulang identitas suatu masyarakat, dan identitas sebuah generasi baru.
_____________________________
SENSE OF LOGIC by KECOAK TIMUR [ DEWAN SYURA – JATIM BIENNALE IX ] -Maulana Hayyuadiya Prasetiya-
Perhelatan pameran sekaligus festival VISUAREKAN dari tahun ke tahun selalu menyajikan karya dan pembacaan wacana seni modern-pasca modern melalui new media art yang sedang “naik daun” pun sering dibahas serius. Sebelum lebih jauh membahas pengantar seni media baru, menelusuri gelaran yang diinisiasi oleh Sito Fossy Biosa, kali ini VISUAREKAN telah sampai pada babak ketiga. Berbeda dengan VISUAREKAN sebelumnya (vol.2) yang menyajikan tajuk “Beauty & Anti-Beauty” dalam hal ini persoalan estetik-artistik dalam sudut pandang seni dalam pengertian yang luas tersaji dalam karya eksperimental seni media baru yang terwakilkan dalam pameran tahunan ini.
VISUAREKAN KETIGA hadir dalam wajah serta nuansa yang cukup segar. Babak ketiga perhelatannya mengusung tema yang bertajuk “PETA LOGIKA” bersamaan dengan national absurdity day pada tanggal 20 November ini. VISUAREKAN sekaligus menjadi salah satu bagian dalam Jatim Biennale ke-9 yang merayakan Kolektivitas dan Solidaritas. Penawaran dan segala bentuk suguhan konseptual yang disuguhkan adalah sebuah usaha menuju ide kreatif masa depan, selalu memberikan kesan menggairahkan, VISUAREKAN KETIGA bersama Jatim Biennale bersinergi dengan segala pihak demi memunculkan gairah berkesenian terkhusus di Jawa Timur dan Surabaya.
Seberapa jauh seorang seniman dapat membaca isu atau tema yang terbangun atas fenomena serta peristiwa saat ini menjadi hal menarik untuk menjadi perhatian. Menuju produktifitas atas pembacaan tersebut notabene seniman juga disebut sebagai masyarakat, perlu lebih dulu masuk dalam sebuah dominasi atau terdominasi (Bourdieu, 2010:xvii). Pembacaan melalui intelektual kolektif versi Bourdieu menjadi menarik sebagai sebuah sudut pandang untuk digunakan VISUAREKAN KETIGA – “PETA LOGIKA” atas upaya inklusif terhadap praktik kolaborasi, jejaring, eksperimentasi, sekaligus laboratorium seni media baru Surabaya.
Merespon peristiwa serta fenomena yang belum disadari oleh banyak masyarakat seni, VISUAREKAN KETIGA dengan tema “PETA LOGIKA” membaca gejala disrupsi teknologi yang terjadi hari ini, membuat batasan-batasan yang telah terbentuk sejak lama menjadi kabur dan “terbongkar”. Bagaimana seniman muda mampu merekonstruksi pandangannya terkait era industry 4.0 – 5.0 pun menjelajahi arah seni media baru kedepan ? Bagaimana seniman muda berelaborasi dalam teknologi digital yang memiliki logikanya sendiri ? Serta seberapa besar hubungan kolektif dan solidaritas antar disiplin ilmu tumbuh pesat antar pelaku seni media baru dengan yang lainnya ?. Hasil pembacaan atas problem yang terjadi, akan disajikan oleh seniman yang tergabung dalam perhelatan VISUAREKAN KETIGA.
__________________________
ARTWORK & ARTIST
________________________________
________________________________
________________________________
____________________________________