Benny Wicaksono adalah seniman dan kurator yang berdomisili di Surabaya. Sebagai seorang seniman ia menekuni seni berbasis teknologi atau seni media, alat yang sering digunakan Benny dalam karyanya adalah cctv, kamera pengawas yang mana sekarang fungsinya semakin diperluas hingga menjadi batas yang tak terlihat bagi masyarakat. Pada tahun 2015 ia menggelar pameran tunggal di Ruru Galeri – Jakarta, tentu saja pameran ini juga banyak membicarakan dan mengunakan cctv, selain pameran ini Benny juga pernah di undang menjadi salah satu seniman yang terlibat di Artjog, dan beberapa pameran di luar negeri. Di tahun 2015 Benny menjadi salah satu kurator yang terlibat dalam Jakarta Biennale.
Berikut adalah wawancara Arsub dengan Bung Benny terkait proses kekaryaannya, dan bagaimana ia mengamati skena seni rupa di sekitarnya.
Sejak kapan menekuni dunia seni dan teknologi ?
Pertama-tama saya kuliah di desain grafis pada tahun 90an, dimana pada saat itu teknologi informasi dan teknologi media mulai mengemuka, dan desain grafis pada saat itu tidak bisa terlepas dari perangkat komputer, untuk editing, dan untuk berbagai pekerjaan lain tentunya. Dari situ saya berfikir bahwa ada potensi yang lain sebenernya, ketika perangkat teknologi ini dapat dikembangkan dan dijelajahi, bukan hanya di aspek-aspek teknologi ini sebagai piranti untuk mendesain tapi sebagai medium untuk seniman, untuk berkreasi dengan definisi yang lebih spesifik yaitu seni rupa.
Dari situ saya berfikir bahawa potensi itu sangat besar, karena kita tahu semua bahwa tahun-tahun itu adalah tahun ledakan teknologi sangat gencar terjadi, seperti perangkat komputer dengan evolusi yang sangat pesat bertambahnya jaring internet, menurut saya ini merupakan satu medium yang sangat menarik untuk dijelajahi seniman, seperti itu.
Lebih spesifik karya berbasis teknologi apa yang anda hasilkan ?
Pertama saya sangat tertarik dengan perangkat teknologi kamera, dan video adalah salah satu yang paling menarik menurut saya. Disitu saya memutuskan selain membuat karya konvensial yaitu drawing seperti yang saya kerjakan hingga sekarang, tetapi teknologi kamera menurut saya menjadi suatu hal yang menarik untuk di ekplorasi. Tapi pada saat itu tentu saja piranti itu terlihat sangat mahal dan eklusif, disitu saya menggunakan kamera yang tidak mahal dan mudah di jangkau, yaitu cctv atau kamera pantau. Kamera ini bisa dibilang lebih murah dan saya menemukan satu bentu ekpresi yang menarik saat mengekplorasi kamera ini ketimbang dari perekaman sebelumnya. Cctv lebih langsung/real time begitu ya, dan kamera ini memiliki kemungkinan untuk di ekplorasi tanpa batas.
Gejala apa yang membuat anda mengekplorasi cctv sebagai karya ?
Jadi ini menarik sebenernya, berbicara tentang kemajuan teknologi terutama teknologi digital, tentu saja ini tidak hanya menghingapi kita di Asia, atau bahkan secara global. Jadi saya pikir sama sebenernya definisi bagaimana kita mengekploari atau merasakan. Karenanya menurut saya karya-karya berbasis teknologi tidak hanya bisa dikembangan di negara yang berinfrastuktur maju namun kita juga punya kesempatan itu. Saya pikir seniman yang ada sekarang, teruma seniman muda pada waktu itu seperti saya juga berhak juga punya kesempatan untuk mengekplorasi yang sama yang dilakukan di wilayah lain, terutama di wilayah infrastuktur negara pertama seperti Eropa, Amerika, atau Jepang. Jadi saya pikir ini adalah saat yang tepat bagi saya untuk mengekplorasi teknologi yang akrab dan dekat dengan keseharin kita, cctv menjadi hal yang sangat masuk akal untuk di eksplorasi. Selain untuk membuat ekplorasi di wilayah seni, ini menunjukan kita juga memiliki kemampuan yang sama dengan teman-teman dari negara infrastuktur pertama.
Tetapi menariknya adalah yang mengekplorasi di wilayah yang saya tekuni terdapat tegangan antara analog dan digital, ini menarik dibaca karena generasi saya adalah generasi yang di besarkan di migrasi anatara analog dan digital, sehingga di wilayah analaog dan digital karya-karya yang berkecenderungan migrasi itu sendiri, ada yang sangat analog dan sangat digital.
Apa isu yang sering anda angkat dalam karya ?
Cctv adalah isu yag penting ya, karena di cctv adalah salah satu isu yang terbesar adalah di wilayah pengawasan/surveillance. Dan dalam sejarah surveillance ini sejarah yang panjang, terkait dengan bentuk dominasi yang mampu memata-matai, mampu mengawasi dimana kuasa akan itu dilakukan oleh negara dan pihak yang memiliki modal kapital dan sebagainya. Tetapi bagaimana kemudian kamera cctv hadir di mana-mana, dan seniman mampu mengadakan pirantinya sendiri dan melakukan pengawasan versinya. Saya ingin memutar balik kan fakta bahwa di dalam proses ini sebenernya seperti merayakan sekaligus mengkritisi yang seperti pedang bermata 2, yaitu berfungsi positif dan negatif. Positifnya adalah membangun pemahaman masyarakat akan pengawasan dan membangun satu kemungkinan bagaiman teknologi ini masuk ke dalam seni.
Pencapaian apa yang membangkan selama anda bergulat dengan seni dan teknologi ?
Setalah satu dekade lebih saya bergulat di seni media, tentu saja saya pribagi cukup berbanga hati karena dicatat sebagai seniman berbasis seni media Indonesia, hadir dalam berbagai festival besar, diundang dalam wilayah yang saya tidak saya pikirkan sebaginya, seperti pagelaran internasional dan melanglang buana hingga ke Eropa, tapi bagi saya itu hanya bonus.
Tetapi yang lebih penting bagi saya adalah bagaimana saya tetap bisa melanjutkankarya-karya saya ini memberi satu insprasi bahwa, karya-karya seni media ini sudah selayakna dikembangkan dan dikomunikasian ke masyarakat yang lebih luas, artinya selama ini saat kita berbicara seni sebagai sesuatu yang indah yang menghibur, tetapi seni juga harus kritis, terutama karena kita mengunakan medium baru, maka kita juga harus mengkritisi hal tersebut.
Bagaimana masa depan seni berbasis teknologi di Indonesia, menurut anda ?
Kalau kita berbicara tentang masa depan seni baru di Indonesia, tentu saja sangat besar ya. Karena teknologi sebagai anak emas peradapan dunia, teknologi terus menerus mengintervensi kehidupan sehari-hari, kita semua terikan kontrak dengan apa yang namnya teknologi informasi dan media, dan kesemuanya banyak berhubungan dengan layar. Saya pikir kehadir teknologi informasi dan media ini akan berevolosi menuju titik puncaknya yang paling canggih seperti itu. Nah, kesadaran untuk menggunakan perangkan itu, menarik untuk terus dikritisi, bukan hanya dirayakan tetapi kehadiran teknologi informasi dan media juga menambah wawasan dan menambah wawasan atas kehadiran teknologi ini. Kita tidak boleh gagap dan gugup melihat keharan teknologi informasi dan media ini tetapi kita juga mengambil sisi yang lebih positif. Artinya kita rayakan teknologi ini tetapi kita juga kritisi, masa depanya saya rasa semakin baik, karena kita tahu dengan istilah dengan digital native yang mana adek adek kita sekarang masih kecil bayi bahkan sudah memegang perangkat teknologi media, dan merekalah yang pada suatu saat yang akan menjadi ujung tombak atau bahkan menjadi orang yang kesehariannya bagaimana mereka mengekplorasi perangkan tersebut untuk bertahan hidup dan melangsungkan peradapan ini.
Kalau dalam konteks Surabaya, bagaimana masa depan seni berbasis teknologi disini ?
Berbicara tentang masa depan seni di Surabaya, sebagai salah satu pelaku seni media di Surabaya saya sangat optipmis karena bebrbicara dalam konteks nasional maupun global teknologi informasi menjangkau kita semua menjangkau kita semua dengan evolusi yang sangat besar, tekknologi selalu diperbaharui, tentu saja ini menjadi peluang untuk seniman muda untuk mengekplorasi di daam wilayah artistik, dimana potensi ini dapat dikembangkan lebih jauh. Tentu saja sebagai seniman memiliki tangung jawab yang lebih kritis, artinya bukan hanya beromantisme ria dengan perangkat informasi ini tapi juga menyajikan sesuatu yang kritis dan dapat menambah pemahaman masyarakat. Potensi ini sangat besar sekali namun potensi in bisa juga tidak terjadi saat kita tidak mengakrabinya. Saya percaya bahwa teknologi ini mendemokratisasikan bagaimana kita berada dalam kontek tertentu, dimana sekarang kita tidak berbicara siapa yang utama tapi siapa yang paling inovatif.
Berbicara tentang anak muda yang berada di Surabaya kita mengkonsumsi pengalam mengkonsumsi teknologi yang sama denga kawan yang lain, bedanya adalah ketika seniman itu memiliki kesadaran untuk mengekplorasi yang lebih postif, jika dia seniman maka kepentingan artistik dan lebih membangun di wilayah seni.
Apa saran anda untuk kawan-kawan seniman muda yang sedang meniti karir ?
Sebenernya saran saya untuk seniman muda adalah, gampang saja sebetulnya, jadikan berkarya itu jadi sebuah kebutuhan, jadi berkarya berkarya bukan untuk maksud tertetu seperti medapat untung, untuk terkenal. Tetapi bekerja menjadi bagian kita berekpresi dan melihat dan memandang apa yang kita rasakan terhadap gejala tertentu terutama ada diwilayah yang terdekat yaitu masyarakat sekitar kita. Ada hal-hal yang bisa kita sampaikan lewat karya, artinya karya menjadi kebutuhan kita untuk berekpresi. Ada beberapa kawan yang karyanya tidak berhubungan dengan gejala yang sangat politis lebih ke hal-hal yang indah saja, tetapi alanghkah baiknya seniman melihat apa yang menjadi kecenderungan masyarakat seperti mereka sangat konsumtif, atau mereka gugup dan gagap dalam menghadapi teknologi, jadi banyak hal yang bisa diangkat sebagai isu karya. Seniman yang baik adalah radar bagi masyarakatnya, ia menjadi antena untuk membicarakan atau mengangkat apa yang luput dari pandangan orang. (dnm)
link cv & karya : –
artikel terkait :
viedo :https://youtu.be/BHCuGl0cHHI