wawancara dengan Aif Mulyadi
Selanjutnya kita akan bergeser ke generasi yang leih muda untuk mengejawantahkan seniman paruh waktu, kalai ini tim SKS akan mewawancarai Arif Mulyadi dia tinggal di Surabaya tepatnya di Manukan Wetan, Jl. sikatan no.16. Arif lulus di tahun 2016 dengan jurusan S1 Pendidikan Seni Rupa Surabaya.
Arif menggenal seni rupa saat di berada di SMA, namun hanya sebatas suka dan mengambar tanpa ada tendensi yang serius. Setelah lulus SMA Arif bekerja, selama bekerja tersebut Arif punya keluasaan untuk bertemu banyak oraang, dan saat itu Arif bertemu dengan seorang pelukis sktech wajah di pinggir jalan. Setelah bertemu orang tersebut arif mendapat banyak cerita terkait seni rupa, bahkan dia saat itu berangapan bahwa seni rupa adalah jalan pintas untuk menjadi kaya raya, karena banyak karya yang pada saat itu menurut prespektifnya Arif sangat jelek, namun dapat laku dengan harga yang sangat tinggi.
Selama berkuliah Arif tergabung dengan kelompok Garis Terang yang beranggotakan teman satu angkatan Arif saat berkuliah, namun beberapa waktu kemudian komunitas tersebut akhirnya buyar karena kesulitan yang dialami. Kemudian selanjutnya Arif bergabung dengan komunitas Serbuk Kayu hingg saat ini. baiklah kita akan langsung ke sesi wawancara bersama Arif Mulayadi.
Cerita tentang karya kamu dong ?
Kalau saya itu pada awalnya saya sangat tertarik dengan karya-karya ekpresionis. Di semester awal saya banyak terinspirasi oleh karya maestro Indonesia Affandi. Namun saya sadar bahwa untuk belajar seni rupa harus dilakukan secara runtut, mulai dari belajar garis, bentuk, realis, dan sebagainya, jadi tidak bisa langsung memotong untuk tiba tiba membuat karya seperti affandi, bukan bagus tapi bisa-bisa malah menjadi dangkal.
Berbicara medium, saya banyak menggunakan media kanvas,kertas, dan beberapa karya 3d. Medium yang paling saya senangi adalah mengunakan medium kertas, karena kertas adalah medium yang dapat mengamodir ide dan letupan-letupan yang bersifat spontan. Kertas dapat dibawa dengan mudah itu juga meruakan satu alasan karena kertas adalah medium yang sangat saya senangi.
Isu apa yang kamu tuangkan dalam karya ?
Saya memiliki kecenderungan untuk memvisualisaskian pengalaman mengenai keluarga, bagaimana keluarga tersebut hidup di lungkungan budaya Jawa, dan bagaimana keluarga tersebut dapat hidup tentram dan damai. Kenapa isu tersebut yang menjadi perhatian saya, karena saya rasa seni itu suatu pengalaman atas diri saya, dan apa yang dekat pada diri saya, itu yang dapat menjadi tema lukisan. Untuk yang lebih jauh lagi saya belum tertarik karena saya merasa belum tuntas untuk menggangkat isu tentang keluarga.
Selain seorang seniman bekerja sebagai apa ?
Selaian seorang seniman saja juga bekerja sebagai seorang guru di SMA, SMP, dan SD. Di situ saya bekerja untuk mendapatkan pengalaman lain, namun pekerjaan itu juga masih berkaitan dengan seni, karena saya menjadi seorang penggajar seni budaya.
Mengapa bekerja dan menjadi seorang seniman ?
Itu manusiawi karena kebutuhan ekonomi sangat menunjang untuk kehidupan selanjutnya, menurut saya seniman harus memiliki sampingan peghasilan sehingga dapat mencukupi kebutuhan kehidupan sehari-hari dan proses bekerya. Beda lagi seniman yang karyanya sudah diterima di pasar dia akan dapat bertahan hidup hanya menjadi seorang seniman saja, namun untuk seniman yang karyanya masih belum mendapat cukup apresiasi, baiknya memiliki pekerjaan lain agar tetap menghidupi proses berkaryanya dan tidak mandek.
Fultime artist di urabaya, apakah mungin ?
Kalau saat ini menjadi seorang artist di Surabaya sangat sulit, karena satu infrastuktur seni masih belum sesuai dan kurang, jadi saya sendiri bingung untuk menjadi seorang seniman di Surabaya. Apalagi berbicara menggenai pasar, karena kelanjutan bekarya tentu saja membutuhkan biaya yang besar. Jadi karena kondisi tersebut sangat tidak efektif untuk seseorang hanya bekerja menjadi fulltime artist di Surabaya, memang arus nyambi.
Saran
Kawan-kawan harus bisa melihat Surabaya seperti apa, dan kawan-kawan harus melihat kota lain yang ekosistem seni rupanya sudah terbentuk. Surabaya sendiri sangat sulit untuk menerima seni rupa, karena dari sisi sejarahpun kalah dengan kota lain seperti Jogja maupun Bandung. Namun teman teman harus selalu semangat dan yakin, untuk bekerja dan juga berkarya.
Yayaya…..seni rupa bisa menjadi jalan pintas untuk kaya, tapi tidak pintas-pintas amat sih karena butuh banyak yang dipelajari dan dibaca untuk dapat bersaing dan mendapat apresiasi yang diharapkan. Kalau sudah merasa yakin ya di seriusin, di petakan, dan ditahluk kan, begitulah kurang lebih yang haru dilakukan. Tetap maju tanpa ragu. (dnm)
Lastest solo exhibition catalog : https://goo.gl/k2MNtf