Zuhkhriyan Zakariya lebih nyaman untuk disebut sebagai pembuat barang palsu, dia mengunakan sebutan ini karena dia memiliki produk yang bernama ‘kalbis’ (kepanjangan dari kalung biskuit), dia membuat tiruan bentuk biskuit untuk kemudian dijadikan aksesoris, seperti kalung, gantungan, dan lain sebaginya. Zuhkhriyan atau lebih akrab disapa Mas Jek adalah seorang kurator dan pegiat seni rupa yang banyak bergerak di Pasuruan dan Malang. Saat ini dia bekerja menjadi Dosen di Universitas Islam Malang (Unisma).
Dalam sesi wawancara ini tim Arsub mencoba menggali lebih jauh mengenai pola kerja seorang Zuhkhriyan di daerah Pasuruan, bagaimana ia mendampingi komunitas seni yang ada di Pasuran dan berusaha bergerak bersama untuk menyehatkan ekosistem di Pasuruan. Gandeng Renteng adalah salah satu kegiatan besar yang diadakan tiap Tahun di Pasuruan, dan di beberapa penyelengaraan nya Mas Jek bertindak sebagai Kurator. Meskipun tidak pernah mengenyam pendidikan sebagai seorang kurator tapi beliau secara organik melakukan kerja-kerja kurator dan mengorganisasi kegiatan seni, karena itu pula pola kekuratoran yang dilakukan Mas Jek tidak terbaca sebagai pola kekuratotar yang konvesional seperti pada kurator lainya, tapi polanya sangat fleksibel menyesuaikan dengan daerah dimana ia bekerja yaitu Pasuruan.
Berikut adalah hasil wawancara tim Arsub dengan Mas Jek :
Sejak kapan anda menjadi seorang kurator/pegiat seni daerah dan apa yang memotivasi anda untuk melakukannya ?
Mungkin saya untuk di dunia seni rupa terbilang baru, sejak 2005, saat saya berkulian di Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Malang, dan itupun karena ketertarikan saya terhadap dunia seni rupa yang tidak ditunjang pada dunia sebelumnya (saat sekolah menengah atas) tapi saya lalui sangat menarik di perkuliahan itu. Pada penerapanya saya lebih tertarik dengan dunia luar kampus seperti komunitas, awalnya dengan komunitas perupa mooi indie di Malang, kemudian berlanjut dengan komunitas anak muda. Sejak tahun 2005 dan sampai saat ini tetap konsen di dunia seni rupa, meskipun tidak saya lakukan secara masif dan cenderung santai, mungkin lebih dekat dengan keseharian sebagai pengajar yang menuntut saya untuk berbuat lebih. Dan dorongan mengajar ini yang membuat saya lebih asik untuk bergerak dengan komunitas.
Kerja seni rupa yang seperti apa yang cocok untuk diterapkan di Pasuruan ?
Kerja ini mungkin saya artikan bagaimana seniman bisa efektif di dunia kesenirupaan ya. Pada dasarnya dunia seni rupa di Pasuruan berbeda dengan daerah yang menggangap seni rupa sebagai pekerjaan utama, tapi di Pasuruan lebih dekatnya seni rupa sebagai salah satu jalan berekpresi. Biasanya mereka yang melakukan hal seperti ini adalah mereka yang telah bekerja sebagai buruh pabrik, petani, atau guru, itu yang saya tengarai di Pasuruan. Beberapa kerja seni rupa yang menarik terjadi di komunitasnya, biasanya yang merka lakukan adalah membuat sebuah gerakan yang bersentuhan dengan dunia seni rupa, dan mereka lebih asik dengan pola-pola yang seperti itu, tidak terlalu mempertimbangkan pola kerja medan seni yang sangat riuh gemuruh seperti yang saat ini terjadi.
Misalnya seperti pameran Gandeng Renteng yang tahun ini (2018) akan menjadi perhelatan yang 9 atau10 kalau tidak salah. Dia berdiri atas dasar bahwa ini pekerjaan kelompok, pekerjaan kelompok dimana pekerjaan ini dilakukan atas dasar kelompok guru dan seniman Pasuruan. Jadi fokusnya pada aktifitas keguruan, bagaimana siswa bisa mengapresiasi karya, guru bisa memajang karya, dan bagaimana seniman dapat menyuarakan apa yang menjadi ekpresinya. Itu pada awalnya namun hari ini apa yang dilakukan dalam Gandeng Renteng terbaca menjadi sesuatu yang penting di dunia seni rupa. Timbulnya komunitas yang muncul di daerah (sekitar Pasuruan) membuat beberapa elemen disini menarik menurut saya. Kalau dilihat dari proporsi komunitasnya, ada banyak komunitas yang muncul di beberapa dekade ini. Kalau diranah seni murni per-wilayah di daerah barat ada komunitas Bolo Kulon, selatan ada komunitas Mahardika, disini (tempat narasumber tinggal) juga ada komunitas nongkojajar, tosari tapi kondisinya masih kembang-kempis. Dan di daerah Timur ada Kuas Patis dan Gang Wolu Artspace. Tapi kalau seni yang sifatnya kerjinan Pasuruan memang terkenal dengan produknya, kalau di kota ada produk ukir dan logam, kalau di kabupaten banyak produk yang sangat bervariasi. Jadi kalau boleh dikatakan proporsi kesenian yang ada di Pasuruan cukup komplit.
Negosiasi seperti apa yang anda lakukan terhadap komunitas-komunitas seni rupa di Pasuruan, agar memiliki kesadaran untuk bersama membangun ekosistem seni rupa pasuruan ?
Ada beberapa contoh, misalkan di minggu-minggu ini. Sebenarnya saya sudah lama berdiskusi dengan seorang perupa yang berprofesi sebagai juru parkir di daerah Purwosari, dia ingin membuat komunitas gambar. Pendampingan yang saya lakukan adalah saya sering mengajaknya untuk jalan-jalan, paling tidak mengajaknya membarengi saya untuk menghadiri pemeran di Surabaya, Malang, Pasuruan, atau daerah lain yang bisa kunjungi, kemudian kita adakan diskusi sebgai stimulus awal. Kemudian dia akan terpancing untuk membuat sebuah kelompok yang cukup mewakili dirinya dan komunitas yang akan dia buat. Dan bentuknya kalau komunitas baru biasanya sering kita adakan diskusi dan kita brainstorming mengenai kerja kita, beberapa memang efektif saat komunitas ini masih baru, dan setelah mereka sudah jadi komunitas mereka akan cenderung mencari jalannya sendiri, saya bisanya tidak terlalu ikut campur dengan urusan selanjutnya, cukup di awal-awal terbentuknya komunitas tersebut, dan saat mereka membutuhkan suntikan materi atau motivasi, saya akan membatu sebisanya.
Dengan komponen kesenirupaan yang begitu beragam, adakah sebuah grand desain yang dirancang untuk membawa arah seni rupa Pasuruan ?, mungkin mengejar pasar, atau bahkan ingin memiliki corak unik khas seni rupa Pasuruan ?
Ini ada beberapa yang saya temui di beberapa gerakan kita (seni rupa Pasuruan), sebetulnya yang kami lakukan adalah untuk membuat kacamata bagi seniman. Kacamata yang kita berikan itu misalkan gini, ketika senimana ini jalurnya adalah seniman pergerakan mural, maka kita akan berikan kacamata mural, maka dia secara tidak langsung akan masuk ke dalam dunianya dan komunitas yang lain di daerah. Kemudian ada komunitas komik kemudian kita berikan kacatama mengenai komik seperti ini, dan berikutnya dia akan memiliki jalan masing-masing. Dan banyak lagi pola-pola yang kita buat. Untuk grand desain sendiri pencapaian yang ingin kita buat adalah pencapaian sosial, sosial yang dimaksud adalah bisa berupa pergerakan didaerah dia masing-masing, atau komunitasnya sendiri, atau yang sifatnya pendidikan dan mengedukasi masyarakatnya. Di pasuruan sangat terkenal dengan begal (perampas motor) dengan kesenian kita dapat melakukan pendekatan terhadap masyarakat untuk merubah paradigma tersebut, lalu ada gejala anak yang ngelem (menggunakan lem untuk mabuk) disitu kita coba membuat dia sejenak lupa dengan aktifitas negatifnya melalui seni. Kita juga belum punya sebuah grand desain untuk membawa orang asing untuk masuk ke Pasuruan, karena kita ingin membanggun ekosistem yang menarik dulu di Pasuruan. Dan ekosisten ini bisa timbul saat ada kesaadaran ruang, waktu, dan kesadaran gerakan oleh komponen yang ada di Pasuruan. Kita memang belum mem-publish gerakan kami secara luas, karena memang kita belum bisa mengatakan ini layak menjadi sebauah grand desain atau sebauah ledakan kesenirupaan, tapi memang kita lebih fokus ke kesenirupaan daerah untuk mengetahui dan lebih akrab dengan gerakan masing-masing.
Tips untuk seniman muda yang sedang merintis karisi, baik itu di Pasuruan atau yang berada di kota lain
Saran untuk seniman muda, seperti halnya kita ingin menjadi seorang pilot, layaknya kita memiliki pengetahuan untuk menjadi seorang pilot, begitu pula untuk menjadi seorang seniman kemampuan teknik, motorik, psikomotorik, verbal, hal itu harus dimiliki selain dengan pola-pola kerja yang menarik dan ideal setiap seniman akan memiliki strategi masing masing. Kebanyakan memang di ranah praktis mereka sangat acuh di dunia pengetahuan atau teori, tapi kita bia memfasilitasi dia ruang untuk diskusi dan memahami masalah dengan lebih mudah, dengan cara-cara kita sendiri. Saya belum bisa membuat tips, karena belum bisa mengartikan sebuah fenomena di analisis dan menjadikan sebuah kiat-kiat atau tips, mungkin untuk waktu yang lain bisa ya…. karena emang itu dekat dengan pengalaman dan sepak terjang seseorang.
Akarablah dengan dirimu sendiri, akarablah dengan lingkunganmu, akrablah dengan apa yang dekat dengan kamu. Maka dengan akrab itu akan membuat lebih mudah dan cepat saat kita akan melakukan sesuatu. Akrabi sesuatu yang kamu cintai, sukai, dan minati itu menjadi cara sesorang untuk dapat memahami sesuatu fenomena atau kejadian, saat kita masuk dalam kejadian itu maka kita akan menorehkan sesuatu disitu.
Link video : https://youtu.be/wTfgTPKQgJI
Link artikel :