A Solo Exhibition by Arsya Deananda
March 5 ― 12, 2022
📍Unicorn Creative Space Surabaya
Tiga belas karya yang dipamerkan oleh Arsya Deananda menjadi presentasi pengembaraannya. Dalam karya yang dipamerkan Arsya membahas isu mengenai guru honorer yang mana pekerjaan ini pernah dilakukannya setelah lulus kuliah, selanjutnya isu yang lebih global seperti konspirasi mengenai covid, dan ada pula karya yang mendalam dan membahas hal mengenai rasa. Di dunia microcosmos seniman; informasi, pengetahuan, dan pengalaman yang telah dilalui dikolase menjadi cerita-cerita yang tervisualisasikan melalui media digital kolase.
Jadwal Kegiatan :
Pembukaan 5 Maret 2022
Kuratorial tur 6 Maret 2020
Workshop Kolase by Foxy Studio 10 Maret 2022
Artist Talk 12 Maret 2022
catatan kuratorial :
Mekanisme Tubuh Bercerita
Dwiki Nugroho Mukti
Terus bergerak dan tumbuh adalah kebutuhan untuk menjadi manusia seutuhnya,dalam proses bergerak dan bertumbuh manusia selalu melakukan penyesuain terhadap lingkungan sekitar. Beradaptasi menjadi satu kebutuhan yang laten yang tidak bisa terhindarkan. Manusia mencoba untuk selalu bergerak maju, bahkan dalam beberapa kasus mengabaikan masa lalu untuk dapat maju lebih kencang, namun tentu saja hal tersebut tidak benar-benar dapat terjadi karena seyogyanya sistem kerja tubuh manusia sangat komplek, seperti jagat raya. Jika jagat raya merupakan satu tatanan sistem besar yang komplek, begitu pula dengan tubuh manusia menjadi jagad alit yang kompleksitasnya tidak kalah misterius dengan jagat raya. Jagat raya yang umum disebut macrocosmos dan jagat alit adalah microcosmos memiliki kerja yang sampai sekarang berusaha untuk dipahami dan dipecahkan.
Perkembangan manusia yang sangat kencang ini dibaca oleh Mary Belknap sebagai bentuk evolusi manusia, manusia berevolusi dari homo sapiens menjadi homo deva, spesies yang melampaui dan memiliki kemampuan untuk mencipta. Membuat penglihatan-pengetahuannya berkembang. Evolusi yang terjadi tentu saja tidak serta merta terasa tapi bagaimana mekanisme tubuh kita bekerja dan perbedaan yang mencolok dengan generasi sebelumnya menjadi satu bukti bahwa semakin perubahan ini terjadi sebagai suatu hal yang organik. Meskipun memiliki mekanisme tubuh yang berbeda namun yang membuat mekanisme tubuh kita hari ini adalah manifestasi informasi dari sekitar dan generasi sebelumnya.
Memori yang berisi manifestasi atas sensibilitas indra tersimpan didalam tubuh, untuk berlari kencang menyambut masa depan tidak harus dilakukan dengan meninggalkan masa lalu, meninggalkan masa lalu pun bukan berarti membuangnya dan kemudian menjadi lupa, sebenarnya informasi tersebut selalu tersimpan dalam tubuh kita. Seperti halnya saat kita membuat satu file dalam gawai yang kita miliki setelah data tersebut dihapus, data tersebut sebenarnya tidak benar-benar hilang hanya saja formatnya diubah dan direduksi agar tidak memakan kapasitas memori, dan diletakkan di suatu tempat. Dalam kondisi tertentu jika data tersebut kembali dibutuhkan bisa saja data tersebut dipulihkan dengan berlaku tertentu. Informasi yang termanifestasikan melalui sensibilitas yang dimiliki indera manusia semuanya menjadi data dan tersimpan dalam tubuh kita, bahkan seperti halnya saat kita mengendarai sebuah kendaraan dan menuju suatu lokasi, informasi visual selama kita berkendara menuju lokasi tersebut ditangkap oleh indera penglihat kita dan informasinya tersimpan, tidak hanya visual namun bau, rasa hembusan angin, dan berbagai hal tersimpan dalam tubuh kita. Dalam kasus lain seperti saat kita membaca sebuah buku, beberapa saat setelah membaca buku tersebut kita tidak paham atas apa yang dituliskan dalam buku tersebut, atau lupa atas apa yang baru saja kita baca. Namun sebenarnya proses membaca buku adalah proses indera penglihatan kita menyerap sebuah informasi, dan informasi tersebut tersimpan dalam otak kita, pada saat saat tertentu saat kita membutuhkan informasi itu bisa muncul secara spontan seolah sebuah ilham, padahal jika ditelusuri lebih jauh lagi hal tersebut merupakan sebuah manifestasi informasi yang kita miliki.
Manifestasi informasi yang dimiliki manusia bukan hanya berasal dari sensibilitas indera yang dimiliki, informasi juga berasal dari informasi yang diturunkan oleh orang tua kita atau nenek moyang kita melalui DNA. Estetika dari perspektif evolusioner berarti memfokuskannya dari kondisi dasar kemungkinannya, yaitu tubuh sebagai fenomena biologis dan akibatnya seperti yang ditegaskan Dobzhansky, “tidak ada dalam biologi yang masuk akal kecuali dalam terang evolusi ”. Seperti bentuk kecerdasan yang lain estetika yang dapat diasosiasikan dengan sensibilitas, informasi nya di transfer melalui transfer genetika, yang proses transfernya dilakukan lewat reproduksi. Setiap organisme merupakan jaringan adaptasi fenotipe yang saling bertautan, ia mempertahankan keberadaanya dengan cara reproduksi, dan saat proses reproduksi ini maka pengetahuan yang sudah didapat akan di transfer ke generasi selanjutnya melalui DNA. Mekanisme kerja tubuh manusia memproses informasi untuk membuat sebuah tindakan adalah proses yang sangat rumit, namun terjadi dengan sangat cepat, sampai sampai kita tidak pernah menyadari kompleksitas proses pengambilan tindakan yang dilakukan oleh tubuh kita.
Kegiatan ini merupakan pameran tunggal Arsya Deananda, dia adalah seorang seniman yang berfokus pada kerja-kerja visual, untuk membuat ilustrasi dengan berbagai modus kerja. Manifestasi informasi yang dimiliki oleh Arsya membuat dirinya memproduksi banyak cerita-cerita yang tersembunyi. Cerita yang diproduksi oleh Arsya merupakan proses manifestasi dari pengendapan informasi mulai dia lahir sampai saat ini. Informasi yang paling menonjol yang disampaikan dalam pemeran ini adalah proses saat Arsya mulai terjun di dalam dunia seni rupa pada tahun 2011. Pada tahun 2011 Arsya menempuh pendidikan seninya di Universitas Negeri Surabaya mengambil jurusan Pendidikan Seni Rupa, setelah menyelesaikan studinya dia berkelana menjadi guru untuk beberapa sekolah, saat bekerja sebagai guru inilah banyak informasi mengenai pendidikan dan sistem pendidikan yang terjadi, gaji guru honorer yang kecil, interaksi dengan banyak siswa dan rekan kerja yang memiliki latar belakang dan kepribadian yang berbeda beda, serta format pendidikan yang seolah mencetak peserta didiknya menjadi robot-robot pekerja untuk melegitimasi sistem kapitalis yang berlangsung. Setelah bekerja menjadi guru, Arsya bekerja pada salah satu perusahaan swasta menjadi seorang desainer grafis, disini dia benar-benar merasakan satu lingkungan yang berbeda dari lingkungan sekolah, semua orang bekerja untuk memenuhi kebutuhanya dan alasan lain yang membuat mereka mampu bertahan untuk berada dalam satu sistem yang mengikat, dimana semua pekerja harus melaksanakannya. Rutinitas yang sama dan berulang menjadi satu hal yang tentu saja membosankan, namun bosan saja belum dapat menjadi satu alasan yang cukup kuat untuk membuat pekerja mengambil tindakan untuk meninggalkan rutinitasnya, gagasan yang menyebutkan bahwa kebahagiaan berbanding lurus dengan uang yang dimiliki menjadi satu doktrin yang susah untuk dilepaskan, karena memang doktrin ini menjadi satu hal yang normal dan selalu disampaikan pada saat kita sekolah, seperti ‘kalau kamu besar harus dapat pekerjaan yang bagus agar hidupmu bahagia’ hal ini sebenarnya merupakan satu doktrin materialisme namum apakah doktrin ini salah ?, hal ini tentu saja menjadi satu pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan sederhana.
Situasi pandemi C.19 yang terjadi di tahun 2020 juga berpengaruh besar pada Arsya dan pada semua orang yang ada di bumi. Pandemi menjadi satu hal yang menakutkan dan merenggut jutaan jiwa. Selain memang covid sangat berbahasa namun agenda lain yang turut dijalankan dengan adanya covid menjadi informasi bebas yang beredar, dan sejujurnya hal tersebut sangat membingungkan. Banyak pihak yang tiba-tiba menjadi pakar propaganda elit global dunia berspekulasi mengenai asal muasal virus ini, dan siapa yang meraup keuntungan atasanya. Hal ini juga menjadi satu hal yang memusingkan dan memiliki andil atas menurunnya daya tahan tubuh manusia. Konsentrasi pikiran manusia yang seharusnya difokuskan untuk mensugesti tubuh agar tetap baik dan sehat menjadi terpecah dan sangat rentan. Pengalaman dan berbagai informasi yang didapat oleh seniman menjadi sebuah hasil dari proses berkelana yang belum usai, dari perjalanan yang belum usai ini menjadi titik cerita yang menjadi nyata bagi seniman.
Berkelana melihat dunia dan mendapat berbagai informasi tidak hanya dapat dilakukan keluar, tapi berkelana ke dalam, menyusuri berbagai hal yang telah diendapkan dalam tubuh. Tubuh menjadi tempat berbagai arsip disimpan, menelusuri dan melihat kembali arsip tersebut adalah satu proses kontemplatif yang tidak akan ada habisnya. Jika jagat raya adalah macrocosmos, maka jaga alit atau diri kita adalah microcosmos, dalam microcosmos terdapat pula kompleksitas informasi yang menunggu untuk kita buka dan pelajari lebih lanjut dan mendapat sebuah pencerahan. Dalam pameran kali ini seniman memvisualisasikan proses berkelana yang telah dilalui melalui digital kolase yang di-print di atas kain satin. Karya yang dipamerkan kurang lebih berjumlah 12 karya.
Karya yang di dipamerkan oleh Arsya berjudul ; 1. Adam & Eve, Being Human, 2. Agenda, 3. Darwin dan Peradaban, 4. Deep, 5. Don’t Forget Your Vitamins, 6. Kami Honorer, 7. Kisah Negeri, 8. Mona Eye, 9. Resistance, 10. The Artist, 11. The Job isn’t Done yet, 12. Woman Leo. Dari 12 karya yang dipamerkan oleh Arsya terdapat 4 tema pokok yang dibicarakan, mengenai manusia, isu propaganda global, pendidikan, dan perasaan pribadinya. Semua karya ini saling bertautan antara satu dengan yang lain, karya-karya yang dipamerkan oleh Arsya menjadi satu rangkaian yang memiliki alur, alur awal membawa kita untuk bercermin dan menggali diri kita sendiri sebagai manusia dalam karya Adam & Eve – Being Human, Darwin dan Peradaban, Don’t Forget Your Vitamins dan The Artist. Setelahnya kisah tersembunyi mengenai sesuatu yang gelap dan hal yang dilakukan oleh manusia dalam karya Agenda, Kisah Negeri, dan The Job isn’t Done yet. Isu pendidikan menjadi alur aktualisasi terhadap masalh yang benar-benar terjadi disekitar kita, kisah ini dimunculkan dalam karya Kami Honorer, dan Resistance. Dan alur terakhir membawa kita dibawa untuk menyelami hal yang mendalam menuju hal yang sangat pribadi dan mendalam, dalam karya Deep, Mona Eye, dan Woman Leo.
Media karya-karya yang dipamerkan oleh Arsya adalah dengan menggunakan teknik digital kolase, yang kemudian di print di kain satin. Pemilihan untuk menggunakan digital kolase dilakukan karena memang Arsya banyak bekerja dengan menggunakan media digital, dan membuatnya merasa menguasai medium ini sehingga dapat melakukan visualisasi yang maksimal terhadap cerita yang disampaikan.
___________
*Misi lain yang dijalankan oleh Arsya dalam pameran ini untuk memberi tantangan terbuka bagi teman-teman satu angkatan semasa kuliah untuk juga melakukan pameran tunggal, cc : Arif Mulyadi, Ateng, Yeye, Kepul, Sams, dll
Referensi :
MUKTI, Dwiki Nugroho, et al. Analysis of Community Aesthetic Knowledge Sources through Fruit Organizing Cases. ISoLEC Proceedings, 2021, 5.1: 231–239-231–239.
BELKNAP, Mary. Homo Deva: Tahap Lanjut Evolusi Umat Manusia untuk Memenangkan Masa Depan. Pustaka Alvabet, 2019.
Mandoki, K. (2007). Everyday Aesthetics – Prosaics, the Play of Culture and Social Identities Proof. Metropolitan Autonomous University.
digital katalog